Amando Lasabuda adalah seorang peneliti di Arctic University of Norway (UiT). Dalam wawancara di acara “Endgame” bersama Gita Wirjawan, ia berbagi cerita mengenai latar belakang keluarganya yang sangat menghargai pendidikan. Amando merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, berasal dari keluarga kelas menengah yang sangat menekankan pentingnya pendidikan. Ibunya bahkan berkorban dengan tidak mengganti gorden dan sofa demi pendidikan yang lebih baik untuk anak-anaknya. Ayahnya, meski berasal dari latar belakang yang kurang mampu, juga sangat mendukung pendidikan Amando.
Perjalanan Pendidikan
Sejak kecil, Amando sudah diberikan kepercayaan penuh oleh orang tuanya. Contohnya, ia dikirim ke Australia sendirian saat masih SD untuk belajar bahasa Inggris, dan saat SMP ia pergi umroh sendirian. Pengalaman-pengalaman ini membentuk kemandirian dan tanggung jawab dalam dirinya. Ketika SMA, ia tinggal di kost di Bandung agar bisa diterima di ITB. Setelah lulus dari ITB, Amando melanjutkan studi S2 dan S3 di Norwegia. Pilihannya jatuh pada Norwegia karena pendidikan di sana gratis, meskipun biaya hidup harus ditanggung sendiri.
Meniti Karir di Industri Migas
Setelah menyelesaikan S2 di University of Bergen, Amando bekerja di sebuah perusahaan migas kecil di Norwegia bernama Rocksource. Namun, ketika harga minyak turun pada tahun 2015, ia kembali ke Indonesia dan mencari peluang lain, termasuk kesempatan untuk melanjutkan S3. Ia diterima di beberapa tempat, namun akhirnya memilih untuk melanjutkan S3 di Arctic University of Norway di Tromsø. Keputusan ini didorong oleh kepercayaannya pada rezeki dan keyakinan bahwa ia pasti bisa menjalani tantangan tersebut.
Filosofi Hidup: Pasti Bisa
Nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua Amando, seperti kepercayaan diri dan keyakinan bahwa segala sesuatu bisa dipelajari, sangat mempengaruhi perjalanan hidup dan karirnya. Setelah menyelesaikan S3, ia melanjutkan postdoc di UiT dan ditawari proyek tentang numerical modeling. Dengan keyakinan “pasti bisa,” ia menerima tantangan tersebut dan terus belajar serta beradaptasi dengan tugas-tugas baru yang diberikan.
Tantangan dan Kesempatan di Norwegia
Keputusan Amando untuk melanjutkan studi di Norwegia didorong oleh faktor biaya dan kualitas pendidikan. Meskipun berasal dari keluarga dengan latar belakang migas, Amando memilih jalur akademis dan berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi di bidang geologi. Di tengah perjalanan, ia juga merasakan dukungan yang luar biasa dari keluarganya, yang selalu memberikan kepercayaan dan dorongan moral. Tantangan biaya hidup di Norwegia diatasi dengan gaya hidup yang disesuaikan dan semangat untuk terus belajar dan beradaptasi.
Perubahan Iklim dan Peran Manusia
Amando menjelaskan bahwa pemahaman tentang perubahan iklim bisa didapatkan melalui studi peristiwa geologis masa lampau seperti Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM), sekitar 56 juta tahun yang lalu, ketika suhu bumi lebih hangat 5-8 derajat Celsius dibandingkan sekarang. Studi ini memberikan wawasan tentang respons bumi terhadap pemanasan global dan dapat membantu memprediksi kondisi masa depan.
Namun, Amando menekankan bahwa pemanasan global saat ini berbeda dari peristiwa geologis masa lampau karena kontribusi signifikan dari aktivitas manusia, terutama dalam dua abad terakhir sejak revolusi industri. Meskipun beberapa argumen menyatakan bahwa alam juga berkontribusi terhadap perubahan iklim, data geologis menunjukkan peningkatan suhu yang signifikan pada skala waktu milenial yang terkait erat dengan aktivitas manusia.
Realisme Pencapaian Netralitas Karbon
Ketika ditanya tentang realisme mencapai netralitas karbon global pada tahun 2050, Amando mengakui tantangan besar yang dihadapi negara-negara berkembang. Sementara negara-negara seperti Norwegia, dengan populasi kecil dan sumber daya terbarukan melimpah, memiliki peluang lebih besar untuk mencapai target tersebut, negara-negara seperti Indonesia dan India memerlukan waktu lebih lama karena tantangan modernisasi dan peningkatan kapasitas elektrifikasi.
Amando mencatat bahwa Norwegia, meski menjadi produsen besar bahan bakar fosil, telah berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan di dalam negeri dan mencapai karbon netral pada tahun 2030. Ini menunjukkan bahwa negara dengan sumber daya fosil yang signifikan masih bisa beralih ke energi terbarukan jika ada kemauan politik dan dukungan masyarakat.
Edukasi dan Kesadaran Global
Amando menekankan pentingnya edukasi dan penyebaran informasi untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim. Melalui program seperti Endgame, masyarakat bisa lebih memahami peran manusia dalam perubahan iklim dan pentingnya tindakan kolektif untuk mengurangi emisi karbon.
Ia juga mengakui adanya perbedaan pandangan dalam diskursus perubahan iklim, namun menegaskan bahwa ilmu geologi mendukung kontribusi manusia yang signifikan dalam pemanasan global saat ini. Oleh karena itu, setiap individu dan negara perlu berperan aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
“Banyak yang bicara soal keberlanjutan, tapi mayoritas masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar. Ini yang saya sebut ‘narasi modernisasi’.” Gita Wirjawan – Endgame
Marie-Curie Fellowship: Peluang dan Pilihan
Amando baru-baru ini diterima dalam dua program Marie Curie yang berbeda. Yang pertama di Jerman dan Norwegia, dan yang kedua di Australia dan Norwegia. Fokus penelitian di Jerman dan Norwegia adalah pada struktur fondasi turbin angin di lepas pantai Norwegia, sementara di Australia, penelitiannya berfokus pada perubahan iklim di Laut Barents, sebuah wilayah di Arktik. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, Amando memutuskan untuk melanjutkan penelitiannya di Australia, yang akan dimulai pada bulan September.
Riset di Laut Barents: Menggali Masa Lalu untuk Masa Depan
Penelitian Amando di Laut Barents akan menggunakan data seismik, data sumur, dan pengeboran lepas pantai untuk memodelkan geologi masa lampau. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana perubahan iklim global dan transportasi sedimen di wilayah Arktik mempengaruhi kondisi saat ini dan masa depan. Menurutnya, data yang akurat dan komprehensif sangat penting untuk memprediksi perubahan iklim di masa depan.
Tantangan Perubahan Iklim dan Gaya Hidup Manusia
Amando mengungkapkan kekhawatirannya tentang ketidakmampuan manusia untuk mengubah gaya hidup mereka meskipun menyadari ancaman perubahan iklim. Dia menyebutkan bahwa meskipun ada tokoh-tokoh seperti Greta Thunberg yang memperjuangkan lingkungan, popularitas mereka jauh di bawah selebriti seperti Kylie Jenner yang gaya hidupnya tidak ramah lingkungan. Amando menekankan pentingnya edukasi dan perubahan pola pikir untuk mencapai netralitas karbon.
“Tantangan orang tua adalah menggali dan menjelaskan kepada anak-anak apa yang mereka tahu, karena otak anak makin berkembang dengan pengetahuan.” Amando – Endgame
Edukasi dan Peran Ilmuwan di Indonesia
Diskusi juga mencakup tantangan yang dihadapi oleh ilmuwan di Indonesia, termasuk kurangnya literatur sains, teknologi, dan pemberdayaan. Amando percaya bahwa semakin banyak orang Indonesia yang belajar di luar negeri, semakin baik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia menolak konsep ‘brain drain’ dan lebih mendukung konsep ‘brain circulation’ atau ‘brain linkage’, di mana ilmuwan yang bekerja di luar negeri dapat membawa kembali pengetahuan dan pengalaman mereka untuk pembangunan Indonesia di masa depan.
Menghadapi Perubahan Iklim: Sebuah Panggilan untuk Bertindak
Amando juga berbagi pengalaman pribadi tentang gelombang panas ekstrem yang ia alami selama berada di Inggris. Pengalaman ini menegaskan betapa nyata dan mendesaknya ancaman perubahan iklim. Ia menekankan bahwa tindakan harus diambil sekarang untuk mencegah kondisi yang semakin memburuk.
Kontribusi Diaspora Indonesia
Amando mengakhiri wawancara dengan refleksi tentang peran diaspora Indonesia dalam meningkatkan citra dan kemampuan bangsa di kancah internasional. Ia berharap bahwa usahanya, bersama dengan upaya rekan-rekan diaspora lainnya, dapat membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing di tingkat global dan membawa perubahan positif bagi tanah air.
Melalui penelitiannya di Australia dan dedikasinya untuk memahami dan memerangi perubahan iklim, Amando Lasabuda menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan dapat memberikan solusi bagi tantangan global yang kita hadapi. Semangat dan komitmennya adalah inspirasi bagi ilmuwan dan masyarakat Indonesia untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih baik.
Pendidikan dan Soft Skills: Pondasi Masa Depan
Amando juga menyoroti pentingnya pendidikan dan pengembangan soft skills sejak dini. Dia menceritakan bagaimana keluarganya mengajarkan bahasa Inggris dan memberikan nutrisi yang baik kepada anak-anak kurang mampu sebagai bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Menurutnya, pendidikan soft skills sama pentingnya dengan pendidikan akademis dalam membangun generasi yang berdaya saing global.
Masa Depan dan Endgame
Ketika ditanya tentang masa depannya, Amando berbicara tentang pentingnya berkontribusi kembali ke Indonesia setelah mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman di luar negeri. Dia berharap dapat terus berkontribusi dalam penelitian yang berdampak pada pemahaman dan mitigasi perubahan iklim serta meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di Indonesia.