Inovasi / Teknologi · July 15, 2024

Buku ‘Molecular Cell Biology’ Karya Harvey Lodish: Dampak Global dalam Pendidikan Biologi

Dalam episode kali ini, Gita Wirjawan menyambut Profesor Harvey Lodish, seorang anggota pendiri Whitehead Institute dan profesor Biologi serta Teknik Biomedis di MIT. Lodish adalah salah satu pelopor dalam bidang bioteknologi dan biologi molekuler yang memiliki pengaruh besar dalam pendidikan dan penelitian.

Pendidikan dan Awal Karier

Harvey Lodish lahir dan dibesarkan di Ohio, Amerika Serikat. Setelah lulus dari sekolah menengah, ia memilih untuk melanjutkan pendidikan di Kenyon College, sebuah perguruan tinggi kecil yang khusus untuk laki-laki. Meskipun ia diterima di Harvard dengan beasiswa, Lodish merasa bahwa lingkungan di Harvard terlalu besar dan impersonal. Di Kenyon College, ia mendapatkan perhatian yang lebih personal dari para profesor dan berhasil menyelesaikan pendidikan dalam tiga tahun dengan jurusan ganda di bidang Kimia dan Matematika.

Perjalanan ke Rockefeller University

Setelah lulus dari Kenyon College, Lodish melanjutkan studi pascasarjana di Rockefeller University. Pada awal tahun 1960-an, biologi molekuler adalah bidang yang baru berkembang, dan hanya ada beberapa universitas di Amerika Serikat yang memiliki penelitian mendalam di bidang ini, termasuk Rockefeller. Di sana, Lodish dikelilingi oleh para ilmuwan cerdas dan kreatif, banyak di antaranya yang kemudian menjadi sahabat dan peraih Nobel.

Kontribusi dalam Biologi Molekuler

Lodish kemudian melanjutkan penelitian post doktoral di laboratorium biologi molekuler terkemuka di Cambridge, Inggris. Di sana, ia bekerja dengan para ilmuwan terkenal seperti Francis Crick dan Sydney Brenner. Kembali ke Amerika, Lodish ditawari posisi pengajar di University of California, Berkeley, namun akhirnya memilih MIT karena tekanan politik yang terjadi di Berkeley pada masa itu.

Penelitian dan Penulisan Buku

Di MIT, laboratorium Lodish memulai penelitian tentang pembentukan sel darah merah dan protein hemoglobin. Bersama mahasiswa pascasarjana David Houseman, mereka menemukan cara untuk memecahkan masalah dalam sintesis protein pada sel yang lebih tinggi. Penelitian ini membuka jalan bagi penggunaan biologi molekuler dalam pemahaman medis, terutama dalam studi penyakit seperti thalasemia beta.

Lodish juga dikenal luas karena kontribusinya dalam penulisan buku teks “Molecular Cell Biology,” yang menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa di seluruh dunia yang ingin mempelajari biologi sel dan molekuler. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam 14 bahasa dan digunakan dalam program sarjana maupun pascasarjana di berbagai negara.

Pengaruh Global

Buku “Molecular Cell Biology” tidak hanya menjadi acuan penting dalam pendidikan biologi, tetapi juga berperan dalam mempopulerkan ilmu ini di negara-negara berkembang. Sebagai contoh, versi Vietnam dari buku ini diterbitkan dengan harga yang sangat terjangkau, berkat inisiatif salah satu mantan mahasiswa Lodish, Minh Le.

Mencetak Pemenang Nobel

Harvey Lodish menekankan pentingnya pendidikan dalam memahami dan mendukung proses ilmiah. Beliau telah bekerja dengan banyak peraih Nobel dan bahkan membimbing beberapa di antaranya. Dua dari rekan postdoctoralnya, Aaron Ciechanover dan James Rothman, telah memenangkan Nobel. Selain itu, delapan mantan siswanya kini menjadi anggota U.S. National Academy of Sciences. Ini merupakan pencapaian yang membanggakan dan menunjukkan kualitas bimbingannya.

Tantangan dan Peluang bagi Asia Tenggara

Lodish percaya bahwa agar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dapat diakui di level internasional, diperlukan pembangunan universitas bonafide dan investasi besar dalam pengembangan fasilitas yang menarik dan mempertahankan talenta kelas dunia. Valentino Sudaryo, seorang sarjana berbakat dari Indonesia yang saat ini menempuh pendidikan pascasarjana di Stanford, adalah contoh talenta yang perlu didukung dengan fasilitas yang memadai di tanah air.

Memajukan Penelitian dan Pelatihan di Indonesia

Pertanyaan besar yang diajukan adalah apakah Indonesia memiliki fasilitas, universitas, dan laboratorium yang mampu mendukung penelitian berkualitas dan melatih siswa di tingkat internasional. Hal ini sangat penting karena setiap negara memiliki tantangan unik, seperti penyakit genetik dan masalah pertanian yang memerlukan teknologi modern untuk mengatasinya. Lodish menekankan perlunya bioteknologi dalam pemulihan iklim dan pengembangan obat-obatan lokal, seperti terapi gen untuk penyakit beta thalassemia yang banyak ditemui di Asia Tenggara.

Mengembangkan Terapi Gen dan Obat-Obatan

Di Amerika Serikat, terapi gen telah dikembangkan, tetapi teknologi ini sangat mahal dan rumit. Tantangan berikutnya adalah mengembangkan terapi gen yang dapat digunakan secara massal untuk mengatasi penyakit seperti beta thalassemia di Indonesia. Ini memerlukan keahlian tinggi dan fasilitas yang memadai.

Membangun Universitas dan Sekolah Menengah

Lodish selalu menekankan pentingnya memulai dari universitas dan secara paralel mengembangkan sekolah menengah yang mampu melatih siswa dengan kualitas tinggi. Ini akan memungkinkan mereka melakukan pekerjaan ilmiah di tingkat universitas dengan lebih baik.

Penerapan Penelitian di Dunia Nyata

Valentino dan Nova adalah contoh nyata dari hasil bimbingan dan penelitian berkualitas yang dilakukan di tingkat tertinggi. Nova, yang kini menjadi CEO perusahaan yang mengembangkan perawatan baru untuk penyakit autoimun, menunjukkan bagaimana penelitian tersebut relevan tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk dunia. Meskipun saat ini penelitian mereka dilakukan di Amerika Serikat karena dukungan fasilitas yang ada, ada harapan untuk membangun fasilitas serupa di Indonesia.

Membangun Fasilitas Manufaktur Protein Rekombinan

Salah satu contoh konkret dari apa yang dapat dilakukan adalah membangun fasilitas manufaktur untuk protein rekombinan di Indonesia. Namun, ini memerlukan pelatihan warga lokal untuk mengoperasikan mesin-mesin tersebut, sebuah tantangan yang harus diatasi untuk mencapai kemandirian dalam bidang bioteknologi.

Harvey Lodish, seorang pakar bioteknologi yang diakui secara internasional, membahas perkembangan terbaru dalam bidang terapi gen dan penggunaan teknologi CRISPR untuk mengatasi tantangan kesehatan global. Fokus utamanya adalah pada penyakit-penyakit yang mematikan atau melemahkan, seperti penyakit sel sabit yang endemik di Afrika Khatulistiwa dan thalassemia beta di Asia Tenggara.

Penyakit-penyakit ini menjadi sorotan dalam penelitian Lodish karena dampak besar mereka terhadap masyarakat. Meskipun terapi gen menjanjikan solusi spektakuler, tantangannya adalah biaya yang sangat tinggi, membuatnya tidak terjangkau di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah.

Teknologi CRISPR dalam Pengobatan

CRISPR, sebagai serangkaian teknik pengeditan gen, menjanjikan revolusi dalam pengobatan genetik. Lodish menjelaskan bahwa CRISPR bukan hanya sekadar alat untuk memotong DNA, tetapi juga dapat mengubah basis genetik dan menginduksi ekspresi gen tertentu. Meskipun memiliki potensi besar, tantangannya adalah memasukkan CRISPR ke dalam sel yang tepat, karena sel cenderung menolak menerima materi genetik asing.

Lodish menegaskan pentingnya etika dalam penggunaan teknologi ini. Pengeditan gen somatik, yang dilakukan pada sel-sel tubuh untuk tujuan terapeutik, tidak berisiko diwariskan kepada keturunan. Namun, pengeditan gen pada sel germinal, yang dapat mempengaruhi keturunan, masih menjadi topik kontroversial dan dilarang di banyak negara.

β€œIndustri biotek baru saja berkembang.” Gita Wirjawan – Endgame

Masa Depan Terapi Gen

Meskipun terapi gen menjanjikan potensi besar untuk mengobati berbagai penyakit genetik, seperti epilepsi anak dan gangguan pertumbuhan, Lodish menyoroti bahwa tantangan teknis dan etika harus diatasi sebelum teknologi ini dapat digunakan secara luas. Pengembangan keamanan jangka panjang dan biaya yang terjangkau adalah beberapa dari banyak tantangan yang harus diatasi dalam mewujudkan visi terapi gen sebagai solusi medis yang dapat diandalkan.

Henry Tamir, seorang pengusaha visioner, memimpin Genzyme ke arah komersial yang sukses. Lodish mencatat pengalamannya dengan bankir investasi yang menyadari potensi bisnis dari penelitian ilmiahnya, menawarkan pendanaan besar yang akhirnya mendukung berdirinya Genzyme.

AI dan Bioteknologi: Masa Depan Keduanya

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah mengubah lanskap di berbagai bidang, termasuk bioteknologi. Lodish menjelaskan bagaimana AI telah berhasil memprediksi struktur protein dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, mempercepat pengembangan obat-obatan baru. Dia meramalkan bahwa keduanya, AI dan bioteknologi, akan semakin terjalin erat di masa depan, membawa inovasi yang lebih besar dalam pengobatan dan agrikultur.

Bangun universitas, bangun sistem pendidikan, dan latih orang lokal terkait teknik modern, perkembangan baru dalam biotek dan AI, dsb, untuk membantu negara menyelesaikan masalah apa pun” Harvey Lodish – Endgame

Pesan untuk Masa Depan Asia Tenggara

Sebagai penutup, Lodish mendorong Asia Tenggara untuk membangun lebih banyak universitas dan sistem pendidikan yang mendukung teknologi modern. Dia percaya bahwa dengan pelatihan lokal dan infrastruktur pendidikan yang kuat, negara-negara di kawasan ini dapat memecahkan tantangan kompleks seperti masalah medis, pertanian, dan lingkungan.

@pemikirankedepan

Bioteknologi untuk pemulihan iklim dan inovasi di Indonesia. Obat untuk beta thalassemia sangat mahal. Bisakah kita kembangkan terapi gen yang lebih terjangkau? πŸŒΏπŸ”¬ #SiswaBerbakat #PenelitianIndonesia #gentherapy #BetaThalassemia #TeknologiMasaDepan #IndonesiaMaju #FYP #ViralIndonesia #KesehatanIndonesia #BanggaIndonesia #FutureScientists #EndGame #GitaWirjawan

♬ suara asli – pemikirankedepan – pemikirankedepan