Pendidikan · May 2, 2024

Filosofi Pendidikan untuk Masa Depan yang Lebih Cerah Endgame

Filosofis Pendidikan untuk Masa Depan yang Lebih Cerah

Filosofi pendidikan menjadi suatu perbincangan penting di tengah dinamika perkembangan dunia pendidikan. Dalam sebuah diskusi Gita Wirjawan, Andhyta Firselly Utami (Afutami), Nisa Felicia Faridz, dan Yanuar Nugroho mengurai masalah pokok pendidikan dasar hingga tinggi di Indonesia—dari perspektif pemerhati, pegiat, dan pelaksana kebijakan pendidikan. Para ahli pendidikan dan kebijakan berbagi pandangan mereka tentang pentingnya membangun fondasi pendidikan yang kokoh bagi generasi muda Indonesia. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah, apakah kita harus memiliki filosofi pendidikan yang jelas untuk arah masa depan pendidikan kita?

Nisa Felicia Faridz Endgame Gita Wirjawan
Nisa Felicia Faridz Endgame Gita Wirjawan

Menurut Nisa Felicia Faridz, pendidikan harus memberikan fondasi yang kuat bagi anak muda untuk menjadi ilmuwan empiris, ilmuwan sosial, atau apapun yang memerlukan kemampuan berpikir secara lateral. Namun, tantangan besar yang dihadapi adalah kurangnya ketertarikan dan kompetensi dalam literasi dan numerasi, yang merupakan modal dasar untuk belajar.

Andhyta Firsely Utami menyoroti pentingnya waktu dalam pembelajaran. Guru memerlukan waktu yang cukup untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum dengan baik. Perubahan kurikulum yang sering terjadi tanpa memberikan waktu yang cukup bagi guru untuk belajar dapat menjadi hambatan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Afu Endgame Gita Wirjawan
Afu Endgame Gita Wirjawan

Afu menekankan perlunya meningkatkan ketertarikan terhadap ilmu terapan, terutama dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Namun, komposisi minat anak muda terhadap ilmu sosial yang tinggi menunjukkan kurangnya ketertarikan terhadap STEM. Ini menimbulkan pertanyaan tentang tujuan sebenarnya dari pendidikan: apakah hanya untuk mencetak pekerja, atau untuk membentuk individu yang memiliki potensi penuh?

Pertanyaan filosofis ini juga diperkuat oleh pemikiran tentang peran filsafat dalam pendidikan. Bagaimana kita dapat membangun budaya belajar yang berkelanjutan, di mana keingintahuan dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan ditekankan? Perlukah kita mengubah pola pikir yang menganggap belajar sebagai kewajiban untuk lulus, menjadi pandangan bahwa belajar adalah sebuah perjalanan seumur hidup? Dalam menghadapi tantangan ini, muncul konsep demokratisasi ruang belajar informal. Melalui platform-platform seperti Endgame, kecintaan terhadap pembelajaran dapat ditingkatkan di luar ruang kelas formal. Namun, pentingnya peran guru dan sistem pendidikan formal tidak bisa diabaikan. Perlunya pendekatan yang holistik, yang memperhatikan berbagai aspek pendidikan, dari kurikulum hingga budaya belajar, menjadi kunci dalam merumuskan filosofi pendidikan yang komprehensif.

Endgame Gita Wirjawan

Semakin kita berupaya, semakin kita beruntung; semakin kita beruntung, semakin kita bisa melihat adanya pemimpin atau kepemimpinan yang visioner. “ Gita Wirjawan – EndGame

Dalam konteks Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai negara demokrasi terbesar dan populasi terbesar keempat di dunia, muncul tanggung jawab untuk mengakselerasi transformasi pendidikan. Ini membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, untuk membangun fondasi pendidikan yang kokoh dan relevan bagi masa depan yang lebih cerah.

Pendidikan adalah fondasi bagi peradaban manusia. Namun, apakah filosofi pendidikan kita telah mencerminkan tantangan dan perubahan zaman? Dalam diskusi yang menarik ini, beberapa pertimbangan mendasar muncul.

Membangkitkan Pemikiran Kritis

Saat kita berbicara tentang pendidikan, fokusnya seharusnya bukan hanya pada menyampaikan informasi, tetapi juga pada menciptakan lingkungan di mana pemikiran kritis dapat berkembang. Bahkan, lebih penting lagi adalah pertanyaan yang mendorong pemikiran baru, daripada sekadar memberikan jawaban.

Membuka Ruang Eksperimen

Ruang kelas harus menjadi tempat di mana siswa merasa nyaman untuk mencoba ide-ide baru. Inilah tempat di mana mereka harus diberi kesempatan untuk melepaskan prasangka mereka dan mempertanyakan keyakinan mereka tentang dunia di luar.

Tantangan Menghadapi Otoritas Pengetahuan

Dalam dunia yang semakin terbuka dan terhubung, otoritas pengetahuan menjadi lebih kompleks. Di samping guru di kelas, ada sumber pengetahuan yang tak terbatas dari berbagai platform. Bagaimana kita menggunakan otoritas sebagai sumber pengetahuan alternatif bagi orang dewasa yang membutuhkan pembaruan dalam pengetahuan mereka?

Output vs. Outcome dalam Sistem Pemerintahan

Pemerintahan sering berfokus pada output, seperti jumlah sekolah yang dibangun atau guru yang mendapatkan sertifikasi. Namun, yang lebih penting adalah outcome, seperti menciptakan lingkungan di mana pemenang Nobel dapat muncul dalam waktu yang lebih singkat.

Meminimalisir Politisasi dalam Riset dan Pendidikan

Pendidikan dan riset sering kali menjadi arena politik. Ini membutuhkan depolitisasi dan penanganan yang profesional untuk memastikan keberhasilannya jangka panjang.

Meningkatkan Kualitas Guru

Perekrutan guru harus menjadi sorotan utama. Membuat profesi guru lebih atraktif bagi generasi muda, bukan hanya dari segi gaji, tetapi juga dari segi jenjang karir yang menarik.

Yanuar Nugroho EndGame
Yanuar Nugroho EndGame

Pendidikan itu (adalah) proses pendampingan untuk membentuk selera, untuk membentuk hasrat, untuk membentuk kebiasaan. Riset itu proses untuk bernalar, untuk berpikir, untuk bertanya.”  Yanuar Nugroho – EndGame

Investasi dalam Pendidikan dan Riset

Gross Expenditure on Research and Development (GERD) kita masih jauh di bawah standar negara maju. Diperlukan investasi yang signifikan dan keberanian untuk mengubah struktur dan pendekatan pendidikan kita.

Menciptakan Lingkungan untuk Inovasi

Kita harus membangun lingkungan pendidikan yang mendorong inovasi dan pemikiran kritis. Inilah yang akan membantu kita mempercepat proses belajar dan menciptakan pemimpin masa depan yang visioner.

Reposisi Pendidikan dalam Masyarakat

Pendidikan harus dilihat sebagai investasi jangka panjang dalam pembangunan masyarakat. Kita perlu memposisikan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama yang tidak hanya diisi oleh politikus, tetapi juga oleh profesional yang berpikiran panjang.

Dalam menghadapi tantangan pendidikan di masa depan, para pembicara juga menyoroti perlunya konsistensi dalam menjalankan filosofi pendidikan sebagai hak asasi manusia. Mereka menekankan bahwa pendidikan seharusnya dilihat sebagai kebutuhan publik yang harus disediakan oleh negara, bukan hanya sebagai investasi pribadi. Dari diskusi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa penting untuk terus memperdebatkan dan mempertanyakan filosofi pendidikan kita agar dapat menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Dengan memperkuat profesi guru, memperluas wawasan siswa dan guru, serta menjaga konsistensi dalam menjalankan filosofi pendidikan, kita dapat memastikan bahwa pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih maju dan relevan untuk generasi yang akan datang.

@pemikirankedepan

Kita butuh lebih dari sekadar pelajaran dalam sistem pendidikan. Filsafat adalah kunci untuk menggali kebenaran dan aksioma yang ada. Sayangnya, generasi kita kurang diajarkan untuk mempertanyakan hal itu. #FilsafatPendidikan#BelajarBerpikir #gitawirjawan #endgame #filsafat #pendidikan #pendidikanindonesia #sistempendidikan #haripendidikannasional

♬ suara asli – pemikirankedepan – pemikirankedepan