Dalam episode #190 dari podcast Endgame yang dipandu oleh Luminaries, kita dihadapkan pada pertanyaan mendalam tentang fokus yang harus dimiliki bangsa kita: apakah lebih penting untuk fokus pada hasil atau pada proses? Reza Rahadian, aktor terkenal Indonesia, memberikan pandangannya yang menarik mengenai topik ini.
Latar Belakang dan Pengalaman Pribadi
Reza Rahadian memulai percakapan dengan menceritakan latar belakangnya. Lahir di Bogor dan dibesarkan oleh seorang ibu tunggal, Reza merasakan betapa besar peran ibunya dalam hidupnya. Ibunya, yang bekerja sebagai pengajar bahasa Prancis, mengajarkan nilai-nilai kerja keras dan tanggung jawab sejak dini. Reza bercerita tentang bagaimana ia diajarkan untuk mandiri dan mengatur banyak hal di rumah sejak usia muda.
Reza menekankan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan ibunya sangat mempengaruhi perkembangan dirinya, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Ia mengamati perubahan dalam cara orang tua membesarkan anak-anak zaman sekarang, yang cenderung lebih protektif. Menurut Reza, overproteksi dapat berdampak negatif, seperti meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi di kalangan generasi muda saat ini.
Reza berpendapat bahwa ada keseimbangan yang perlu dicapai antara fokus pada proses dan hasil. Ia berbagi pengalamannya dalam mengelola uang yang diberikan ibunya dan bagaimana pelajaran tersebut membentuk sikapnya terhadap tanggung jawab dan akuntabilitas. Ia percaya bahwa komitmen dan dedikasi terhadap proses adalah kunci untuk mencapai hasil yang memuaskan.
Karier dan Kedisiplinan
Reza menceritakan perjalanan kariernya, mulai dari teater hingga dunia peran film yang penuh tantangan. Ia menjelaskan bagaimana ia menghadapi berbagai peran yang sangat berbeda dan menekankan pentingnya disiplin dan komitmen dalam pekerjaannya. Bagi Reza, disiplin adalah tentang menghadapi tantangan dengan tekad dan terus mengembangkan diri.

Mengapa Membaca Itu Penting?
Reza Rahadian menyoroti bahwa budaya membaca sangat penting karena membantu meningkatkan kemampuan berbahasa dan komunikasi. Ia menjelaskan bahwa membaca bukan hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memperbaiki kemampuan berbahasa dan kosakata. Sebagai seorang aktor, Reza Rahadian merasa membaca membantu dia menguasai bahasa Indonesia dengan baik, yang penting dalam dunia perfilman.
Menurutnya, membaca memungkinkan kita untuk lebih memahami dan mengolah bahasa dengan cara yang lebih alami dan efektif, sehingga berkomunikasi menjadi lebih lancar dan budaya kita menjadi lebih berkembang.
Tantangan Generasi Z dan Penggunaan Teknologi
Reza Rahadian juga menyinggung tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Dia mengamati bahwa banyak anak muda terlalu fokus pada penggunaan gadget dan media sosial, yang membuat mereka terpisah dari sejarah dan kurang memiliki pemahaman mendalam tentang dunia. Ia berpendapat bahwa keterhubungan dengan teknologi, tanpa kontrol, bisa menimbulkan kecemasan sosial dan mempengaruhi cara kita berinteraksi.
Dia menyoroti kekhawatiran bahwa kurangnya kontrol terhadap teknologi dapat berbahaya, dan bahwa membaca bisa menjadi solusi untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang lebih baik. Dengan membaca, individu tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang dangkal dan memiliki kemampuan untuk mengevaluasi informasi dengan lebih baik.
Reza Rahadian juga membahas tentang isolasi sosial yang dialami oleh banyak orang di era digital. Ia menunjukkan bahwa banyak individu mengalami kecemasan sosial dan merasa lelah dengan interaksi sosial yang sering kali tidak memadai. Dia mengusulkan bahwa membaca dapat menjadi alat yang efektif untuk mengatasi masalah ini dengan cara memperkaya pikiran dan meningkatkan kemampuan komunikasi.
Reza Rahadian mencatat bahwa ada inisiatif menarik di luar negeri yang bisa menjadi inspirasi. Dia menyebutkan sebuah gerakan di Amerika Serikat di mana anak-anak muda berkumpul di perpustakaan tanpa membawa ponsel untuk membaca dan berkomunikasi. Dia berharap gerakan serupa bisa diterapkan di Indonesia, karena hal ini bisa membantu mendorong budaya membaca dan meningkatkan interaksi sosial yang lebih berkualitas.
Kebudayaan vs. Inovasi di Indonesia
Reza Rahadian membahas tantangan dalam mengintegrasikan kebudayaan dan inovasi di Indonesia. Dia mengkritik tumpang tindih aturan dan kebijakan yang menghambat kemajuan kebudayaan. Reza Rahadian berpendapat bahwa kebudayaan seringkali terjebak dalam birokrasi yang rumit dan kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Dia mengusulkan agar Kementerian Kebudayaan berdiri sendiri agar dapat lebih fokus dan efektif dalam mengelola kebudayaan dan mendorong inovasi.
Menurut Reza Rahadian, contoh dari negara seperti Prancis dan Korea Selatan menunjukkan bagaimana kebudayaan dapat dikembangkan dengan dukungan pemerintah yang kuat dan kebijakan yang terfokus. Prancis, misalnya, memiliki lembaga yang secara independen mengelola industri film, sementara Korea Selatan berhasil menembus pasar global dengan K-pop dan budaya pop lainnya.
Mengglobal dari Budaya: Pelajaran dari Korea Selatan
Reza Rahadian menjelaskan bahwa keberhasilan Korea Selatan dalam mempromosikan budaya pop, seperti K-pop, tidak lepas dari beberapa faktor kunci. Pertama, disrupsi dalam sektor hardware oleh perusahaan-perusahaan besar seperti LG dan Samsung. Kedua, disrupsi software dengan bantuan media sosial dan kanal komunikasi yang memudahkan diseminasi informasi dan ide. Ketiga, demokratisasi yang mendalam di Korea Selatan yang mendukung keberhasilan ini.
Reza Rahadian mengakui bahwa Indonesia menghadapi tantangan berbeda dibandingkan dengan Korea Selatan. Dalam hal disrupsi hardware dan software, Indonesia masih memiliki kendala signifikan. Namun, Reza Rahadian percaya bahwa dengan kemauan politik yang kuat dan investasi yang tepat, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan.
Kepemimpinan dan Proyeksi Kekuatan Intelektual
Reza Rahadian menarik paralel antara keberhasilan Korea Selatan dan Singapura dengan kepemimpinan yang visioner. Di Singapura, kepemimpinan Lee Kuan Yew dan timnya menunjukkan bagaimana visi dan integritas bisa mendorong kemajuan yang luar biasa. Begitu pula dengan Park Chung-hee di Korea Selatan, yang memainkan peran besar dalam transformasi negara tersebut.
Reza Rahadian juga menyoroti pentingnya investasi dalam pendidikan dan keterampilan bahasa, terutama bahasa Inggris. Ia berpendapat bahwa kemampuan berbahasa Inggris secara efektif dapat membantu Indonesia untuk lebih dikenal secara internasional dan berkontribusi pada proyeksi budaya yang lebih besar. Pendidikan yang baik dan kemampuan bahasa yang kuat adalah kunci untuk memperkenalkan budaya Indonesia secara global.
Reza Rahadian optimis bahwa meskipun ada tantangan, Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan untuk memproyeksikan budaya secara global. Ia menekankan bahwa memiliki banyak orang yang bisa berkomunikasi dalam bahasa internasional, seperti bahasa Inggris, akan sangat bermanfaat. Ini bukan hanya tentang kebanggaan nasional, tetapi juga tentang bagaimana Indonesia bisa lebih berperan dalam percakapan global.

“Jika kita bisa membaca, kita bisa menulis. Jika bisa menulis, kita bisa berkomunikasi. Dari komunikasi, kita membangun budaya, dan dari budaya, kita membangun peradaban. Simpel kan? Tapi tanpa budaya membaca, semua itu sulit tercapai.” Gita Wirjawan – EndGame
Kecerdasan Buatan dan Perubahan Cepat
Reza Rahadian mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat mempercepat proses belajar dan komunikasi. Dalam pandangannya, AI bisa mengakselerasi kemampuan 100 juta orang Indonesia untuk berkomunikasi dalam bahasa internasional dari yang sebelumnya mungkin memerlukan waktu 20 tahun menjadi hanya 5-10 tahun. Ini membuka peluang besar untuk meningkatkan kompetensi global secara lebih cepat.
Namun, Reza Rahadian juga menyadari tantangan yang dibawa oleh AI, terutama dalam dunia seni. Dia mengungkapkan kekhawatiran tentang bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk mengambil karya seni orang lain dan menyajikannya sebagai karya baru secara instan. Menurutnya, penting untuk tetap menjaga regulasi yang memastikan kualitas dan orisinalitas karya seni, serta menghargai proses kreatif yang dilakukan oleh seniman.
Multidisipliner dalam Pengembangan Teknologi
Reza Rahadian menekankan bahwa pendekatan multidisipliner penting dalam pengembangan teknologi. Dia mengkritik kecenderungan dalam komunitas teknologi untuk mengabaikan kontribusi dari bidang lain seperti budaya, lingkungan, dan seni. Menurutnya, kombinasi pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dapat menghasilkan solusi yang lebih holistik dan menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan.
Reza Rahadian percaya bahwa budaya merupakan akar dari identitas bangsa. Dia menyoroti pentingnya mempertahankan dan menghargai budaya sebagai fondasi yang kuat. Menurutnya, ketahanan budaya bukan hanya tentang melestarikan tradisi, tetapi juga tentang bagaimana budaya tersebut berkontribusi pada ketahanan bangsa dalam berbagai aspek, termasuk ketahanan pangan dan kemampuan bertahan dalam kondisi yang sulit.
Reza Rahadian membagikan cerita inspiratif tentang seorang petani di Sragen yang lebih fokus pada proses bercocok tanam daripada hasil akhir. Petani tersebut menunjukkan bahwa nilai dari pekerjaan tidak selalu diukur dari hasil akhir, tetapi juga dari kebahagiaan dan kepuasan dalam proses. Ini menggarisbawahi bahwa ada nilai besar dalam proses, bukan hanya hasil akhir.
Di akhir diskusi, Reza Rahadian mengakui bahwa keseimbangan antara inovasi dan preservasi budaya sangat penting. Meskipun inovasi adalah kunci untuk kemajuan, preservasi budaya memberikan kekuatan dan identitas yang mendalam. Setiap sektor atau dimensi mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda, tetapi keduanya harus dihargai dan dipertimbangkan.

“Perfection bukan tentang membuat segalanya sempurna, tapi memastikan setiap tanggung jawab yang diemban diselesaikan dengan hasil terbaik.” Reza Rahardian – EndGame
Peran Teknologi dalam Mengakselerasi Proses
Reza Rahadian memulai diskusinya dengan menggarisbawahi bagaimana teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), dapat mempercepat proses belajar dan komunikasi. Ia menyebutkan bahwa teknologi bisa mempercepat pencapaian dalam berbagai bidang, termasuk kemampuan berbahasa internasional. Namun, ia juga menekankan pentingnya pendekatan multidisipliner dalam menghadapi teknologi ini, terutama dalam dunia seni.
Reza Rahadian menyoroti kekhawatiran tentang bagaimana teknologi bisa mengubah cara seni diproduksi dan dikonsumsi. Ia mengkritik penggunaan AI dalam seni yang seringkali mengabaikan proses kreatif manusia. Menurutnya, penting untuk tidak hanya fokus pada hasil akhir tetapi juga menghargai proses dan kontribusi para seniman yang bekerja dengan cara konvensional.
Salah satu poin utama dalam diskusi adalah pentingnya ketahanan budaya sebagai akar identitas bangsa. Reza Rahadian berpendapat bahwa budaya bukan hanya tentang mempertahankan tradisi tetapi juga memahami dan menghargai akar kita sebagai bangsa. Ia menilai bahwa kekuatan budaya akan memberikan ketahanan yang lebih baik dibandingkan hanya fokus pada inovasi semata.
Inovasi Teknologi vs. Budaya
Reza Rahadian mengakui bahwa meskipun inovasi teknologi penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, budaya juga harus tetap dijaga dan dihargai. Ia menjelaskan bahwa budaya dan inovasi tidak harus saling bertentangan, melainkan harus saling melengkapi. Tanpa fondasi budaya yang kuat, penggunaan teknologi mungkin tidak akan maksimal.
Dalam diskusi mengenai produktivitas, Reza Reza Rahadian menceritakan kisah seorang petani di Sragen yang lebih fokus pada proses bercocok tanam daripada hasil akhir. Kisah ini menggambarkan bagaimana proses dapat menjadi sumber kepuasan dan kebahagiaan, meskipun hasilnya mungkin tidak selalu optimal.
Reza Rahadian juga membahas perbedaan antara pendekatan global dan lokal dalam industri film dan budaya. Ia mengkritik pendekatan yang sering kali terlalu fokus pada hasil jangka pendek tanpa mempertimbangkan proses dan dampaknya terhadap budaya lokal. Menurutnya, untuk mencapai keberhasilan di tingkat internasional seperti Korea Selatan, Indonesia perlu mengembangkan strategi yang lebih komprehensif dan terencana.
Reza Rahadian menutup diskusinya dengan optimisme bahwa bangsa Indonesia dapat mencapai kemajuan jika tetap memegang teguh identitas budaya sambil berinovasi. Ia percaya bahwa ketahanan budaya yang kuat akan membantu kita dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi secara efektif. Dengan menyeimbangkan antara hasil dan proses, serta menjaga akar budaya, kita bisa meraih pencapaian yang lebih besar di masa depan.