Tokoh · June 10, 2024

Gita-Syahrani-Endgame-Gita-Wirjawan

Gita Syahrani: Menggabungkan Ekologi dan Ekonomi untuk Keberlanjutan

Dalam episode #150 dari Endgame, Gita Wirjawan menghadirkan Gita Syahrani, Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL). Gita Syahrani, seorang aktivis yang dikenal dengan narasi penting mengenai lingkungan, berbagi perjalanan hidupnya hingga menjadi seorang pejuang ekologi dan ekonomi yang berkelanjutan.

Kehidupan Awal dan Kesadaran Lingkungan

Gita Syahrani tumbuh dalam keluarga yang memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan. Sejak kecil, neneknya yang merupakan seorang botanis amatir, mengajarkannya untuk menyayangi tanaman dan menghargai alam. “Nenek saya selalu mengajarkan untuk berterima kasih kepada tanaman setiap kali menyiramnya,” ungkap Gita. Pola pikir ini membentuk dasar kesadaran ekologisnya sejak dini.

Suatu kejadian di masa kecilnya, ketika melihat seorang tukang becak menendang anjing, menyadarkan Gita bahwa tidak semua orang memiliki pandangan yang sama tentang kasih sayang terhadap makhluk hidup. Hal ini memotivasi Gita untuk mencari cara agar semua orang bisa menyayangi alam dan binatang.

Gita menyadari pentingnya regulasi dalam menjaga lingkungan saat masih duduk di bangku SMP. Keinginannya untuk mempelajari hukum menjadi alat baginya untuk memperjuangkan kelestarian alam. “Saya ingin belajar hukum karena saya pikir regulasi bisa menjadi alat untuk membantu orang mencintai alam,” ujarnya. Gita kemudian melanjutkan pendidikan hukum di Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan fokus pada Hukum Lingkungan dan Hukum Internasional.

Setelah lulus, Gita memilih bekerja di firma hukum korporat, meskipun banyak yang mengira ia akan bergabung dengan LSM lingkungan. Pengalaman bekerja di firma hukum memberikan perspektif baru tentang pentingnya memahami bisnis dan manusia untuk menjadi pengacara yang baik. Meski sempat ingin mengundurkan diri karena merasa tidak sesuai dengan passion-nya di bidang lingkungan, mentor di firma tersebut memotivasinya untuk berpikir besar dan mencari cara untuk mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam bisnis.

Gita melanjutkan studi hukum di Skotlandia, tempat yang menurutnya sangat menarik karena kombinasi antara kelestarian alam dan pertumbuhan ekonomi. Di Skotlandia, ia mempelajari bagaimana regulasi bisa mendukung penurunan emisi secara signifikan di tengah dominasi industri ekstraktif.

Belajar lebih rendah hati untuk tahu kita nggak bisa pecahin semuanya dengan regulasi, kita harus mulai mikirnya lintas keahlian, lintas sektor, lintas ekspertise.Gita Syahrani – EndGame

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Gita juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menyeimbangkan bisnis dengan komitmen lingkungan. Ia menekankan pentingnya membaca laporan keuangan dan perencanaan bisnis untuk memahami keseriusan perusahaan dalam bertransisi ke model bisnis yang lebih berkelanjutan. Meskipun ada banyak perusahaan yang berusaha menunjukkan keramahan terhadap lingkungan, Gita masih melihat kurangnya investasi besar untuk transisi ke energi terbarukan.

Gita Syahrani Endgame Gita Wirjawan
Gita Syahrani Endgame Gita Wirjawan

Pentingnya Perubahan Perilaku dan Kebijakan yang Lintas Sektor

Pada tahun 2016, Gita menyadari bahwa meskipun regulasi sangat penting, tanpa pemahaman dan motivasi dari manusia di dalamnya, regulasi tersebut bisa menjadi tidak efektif. Ia mulai memikirkan cara untuk mendorong perubahan perilaku dan belajar lebih rendah hati, menyadari bahwa solusi tidak bisa hanya berasal dari regulasi saja tetapi harus melibatkan berbagai sektor dan keahlian. Teori “collective impact” dan “collective action” menjadi panduannya dalam merangkai kerjasama lintas sektor.

Gita menekankan bahwa untuk mencapai keberlanjutan, kita harus memahami dan mempengaruhi perilaku individu. Hal ini terutama penting dalam industri ekstraktif, di mana perubahan harus dimulai dari keputusan individu yang ada di dalamnya.

Konteks Sosial dan Budaya dalam Keberlanjutan

Gita juga berbicara tentang pentingnya memahami konteks sosial dan budaya dalam mengimplementasikan kebijakan keberlanjutan. Ia mencontohkan bagaimana inspirasi untuk produk-produk berkelanjutan sering kali berasal dari tradisi lokal dan praktik-praktik nenek moyang kita. Ia memberi contoh tentang temannya yang membuat “period panties” untuk menggantikan pembalut sekali pakai, yang terinspirasi dari praktik-praktik lama yang lebih ramah lingkungan.

Mendefinisikan “Cukup” dalam Konteks Modern

Menurut Gita, salah satu kunci untuk mencapai keberlanjutan adalah mendefinisikan apa arti “cukup” bagi setiap individu. Konsep “cukup” ini akan berbeda-beda tergantung pada konteks dan kebutuhan masing-masing. Misalnya, cukup bagi seseorang yang tinggal di kota besar mungkin berarti memiliki akses transportasi yang efisien dan berkelanjutan, sementara bagi seseorang yang tinggal di daerah pedesaan, cukup mungkin berarti memiliki akses ke sumber daya alam yang lestari.

Gita menekankan pentingnya diskusi dan riset untuk mendefinisikan konsep “cukup” ini dalam berbagai konteks, dengan tujuan agar setiap individu bisa hidup dalam keseimbangan yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Membangun Gotong Royong untuk Keberlanjutan

Gita percaya bahwa untuk mencapai keberlanjutan, kita membutuhkan lebih banyak orang yang memiliki semangat gotong royong dan idealisme yang kuat. Ia optimis bahwa banyak orang baik di Indonesia yang siap berkontribusi, dan tantangannya adalah bagaimana menyatukan mereka untuk bekerja bersama mencapai tujuan bersama.

Dalam diskusinya dengan Pak Gita, ia juga menekankan bahwa perubahan harus dimulai dari lingkaran terkecil, yaitu rumah tangga. Sikap dan perilaku yang mendukung keberlanjutan harus dimulai dari keluarga dan kemudian diperluas ke komunitas yang lebih besar.

Gita Wirjawan

Realisme Netralitas Karbon

Gita menyampaikan pandangannya bahwa mencapai netralitas karbon sebesar 50% pada tahun 2030 adalah target yang sangat ambisius dan kemungkinan besar tidak tercapai. Sebaliknya, ia memproyeksikan bahwa pengurangan emisi karbon sebesar 25% baru akan realistis pada tahun 2040, dengan sisa 25% tercapai pada tahun 2050.

Menurutnya, solusi untuk masalah ini lebih banyak terletak pada inovasi teknologi daripada kebijakan saja. Teknologi yang dapat membantu mengurangi emisi karbon, mempercepat reforestasi, dan mengoptimalkan pemeliharaan gambut sangat penting untuk mencapai target tersebut.

Peran Teknologi dalam Social Engineering

Gita juga menekankan pentingnya menggabungkan social engineering dengan engineering murni. Social engineering melibatkan pendekatan untuk mengubah kebiasaan masyarakat dalam mendukung lingkungan, seperti bekerjasama dengan kepala desa dan masyarakat lokal. Namun, tanpa dukungan teknologi, upaya ini tidak akan mencapai hasil maksimal. Oleh karena itu, investasi dalam teknologi adalah kunci untuk mempercepat perubahan positif dalam masyarakat dan lingkungan.

Salah satu contoh nyata yang dibahas dalam episode tersebut adalah bagaimana teknologi tepat guna diterapkan dalam pengelolaan ikan gabus di Siak. Tradisi lokal yang awalnya hanya merebus ikan gabus untuk dikonsumsi telah diubah menjadi proses teknologi canggih yang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi. Melalui distilasi suhu rendah, ikan gabus dapat diekstraksi menjadi bubuk albumin yang memiliki banyak manfaat kesehatan dan nilai ekonomi tinggi.

Contoh lain adalah inovasi dalam industri gambir di Sumatera Selatan. Limbah dari industri gambir yang sebelumnya mencemari sungai kini diolah menjadi pewarna alami yang ramah lingkungan. Teknologi purifikasi yang dikembangkan oleh universitas lokal telah memungkinkan penggunaan limbah ini sebagai pewarna kain, menunjukkan potensi besar dari inovasi lokal untuk menciptakan produk yang berkelanjutan.

Gita juga menceritakan tentang Hutan Ranjuri di Sulawesi Tengah yang merupakan contoh solusi berbasis alam untuk mitigasi bencana. Hutan purba ini tidak hanya menjadi sumber air bagi desa-desa sekitar, tetapi juga melindungi daerah tersebut dari banjir bandang. Dengan menggunakan teknologi untuk inventarisasi dan pemantauan, hutan ini dapat dipertahankan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Dengan menggabungkan kekuatan inovasi teknologi dan semangat komunitas lokal, solusi yang berkelanjutan dan berdampak besar dapat diwujudkan. Gita mengajak kita untuk terus berinovasi dan bekerja sama demi masa depan yang lebih baik bagi lingkungan dan masyarakat kita.

Gita Syahrani dan Gita Wirjawan

Gita juga menyoroti bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam mengimplementasikan kebijakan, andil politis sangatlah krusial. Tanpa dukungan politis, upaya untuk mengubah kerangka regulasi baik di tingkat pusat maupun daerah akan sulit diimplementasikan dengan cepat. Keberhasilan kebijakan sangat bergantung pada seberapa besar komitmen politis yang diberikan oleh berbagai pemangku kepentingan.

Tanpa teknologi untuk mengurangi emisi karbon, mempercepat reforestasi, dan mengoptimalkan pemeliharaan gambut, sulit menjamin keberlanjutan secara inkremental.Gita Wirjawan – EndGame

Lima Kebijakan Nasional Kunci

Gita mengidentifikasi lima kebijakan nasional yang bisa mendorong masyarakat untuk memikirkan alternatif ekonomi yang baru:

  1. Transisi Energi: Dengan target beragam mulai dari 2050 hingga 2060, transisi energi menjadi topik yang semakin banyak dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir.
  2. FOLU Net Sink: Komitmen Indonesia yang didorong oleh berbagai kementerian untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
  3. Perkebunan Berkelanjutan: Moratorium untuk hutan primer dan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan menjadi langkah penting dalam menjaga ekosistem.
  4. Perkembangan Sains dan Teknologi: Pembentukan BRIN dan peta jalan bioekonomi menjadi kunci dalam menghargai keanekaragaman hayati.
  5. Kinerja Kepala Daerah: Kementerian Dalam Negeri mulai memasukkan pola pembangunan berkelanjutan dalam penilaian kinerja kepala daerah.

Gita memperkenalkan konsep ‘success story-based policymaking’ yang bertujuan mengaitkan anekdot keberhasilan dengan instrumen kebijakan yang lebih besar. Dengan pendekatan ini, diharapkan berbagai sektor dapat berbagi sumber daya dan bekerja sama secara lebih efektif.

Menurut Gita, penanaman modal menjadi penyambung kebijakan keberlanjutan. Panduan Investasi Lestari dari Kementerian Investasi, peran Kementerian Koperasi dan UMKM, serta Kementerian Desa menjadi pilar penting dalam mendukung ekosistem keberlanjutan dari tingkat desa hingga nasional.

Gita menjelaskan bahwa aktivitasnya banyak berfokus di Kalimantan dan Sulawesi karena peluang yang ada dan keaktifan kepala daerah setempat. LTKL (Lingkar Temu Kabupaten Lestari) yang didirikan oleh kepala daerah dengan visi keberlanjutan, kini memiliki anggota dari Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Transformasi menuju keberlanjutan memerlukan kesabaran dan kolaborasi lintas sektor. Gita mengungkapkan bahwa perubahan perilaku dan pemikiran harus terjadi secara bertahap dan melibatkan banyak pihak. Konsep gotong royong dalam keberlanjutan menjadi kunci untuk mencapai tujuan bersama.

Evolusi Industri Karbon

Industri karbon, menurut Gita, seharusnya dilihat sebagai industri transisi menuju ekonomi bio. Ia menekankan bahwa tujuan akhir adalah mencapai keberlanjutan, bukan sekadar bertahan dalam fase transisi. Dengan target ambisius hingga 2045, diharapkan perusahaan-perusahaan besar dapat mengadaptasi model bisnis yang lebih berkelanjutan.

Transformasi Daerah dan Kepemimpinan

Gita juga menyoroti bahwa banyak kepala daerah yang telah berubah dan memahami pentingnya keberlanjutan setelah berinteraksi dengan LTKL. Transformasi ini melibatkan seluruh dinas dan masyarakat lokal sehingga solusi yang dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kebijakan yang diterapkan dapat beresonansi dan diterima secara luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.

Perjalanan Gita Syahrani menunjukkan bahwa untuk mencapai keberlanjutan, kita membutuhkan kombinasi antara regulasi yang kuat, perubahan perilaku individu, dan kolaborasi lintas sektor. Dengan memahami dan menghargai akar budaya kita, serta mendefinisikan kembali konsep “cukup”, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Artikel ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik yang melibatkan semua elemen masyarakat dalam upaya mencapai keberlanjutan.

Untuk mendalami lebih lanjut tentang pandangan dan perjalanan hidup Gita Syahrani, Anda dapat menonton video lengkapnya di EndGame.

@pemikirankedepan

Apa arti ‘cukup’ bagi Indonesia Emas 2045? Mari kita redefinisi kata ‘cukup’ sesuai konteks kita masing-masing! #IndonesiaEmas2045 #MasaDepanIndonesia #Visi2045 #GenerasiEmas #MaknaCukup #InspirasiIndonesia #BanggaIndonesia #AnakBangsa

♬ suara asli – pemikirankedepan – pemikirankedepan