Tokoh · May 30, 2024

Asisi-Suhariyanto-Endgame-Gita-Wirjawan

Jati Diri Nusantara: Inspirasi dari Masa Lalu untuk Masa Depan Bersama Asisi Suhariyanto

Dalam episode terbaru Endgame #145, perbincangan Gita Wirjawan dengan Fransiskus Asisi Suhariyanto, seorang content creator yang telah mempersembahkan karya-karya luar biasa dalam bidang media dan budaya populer. Asisi membagikan perjalanan hidupnya yang menarik, dimulai dari masa kecil hingga saat ini.

Asisi menceritakan bahwa sejak kecil, ia telah memiliki ketertarikan yang besar pada budaya, terutama cerita pewayangan Jawa. Sebuah kejadian ketika masih SD di Surabaya membawa Asisi untuk jatuh cinta pada cerita pewayangan. Seorang teman memperkenalkannya pada komik wayang yang menggambarkan Semar, tokoh Punakawan, dengan cerita yang memukau. Komik tersebut dibuat oleh seorang komikus bernama Pak Urip, yang karyanya mengubah pandangan Asisi terhadap dunia komik.

Dari situlah, Asisi menyadari bahwa dia harus mengejar passion-nya dalam dunia media, khususnya dalam pembuatan komik. Meskipun menghadapi banyak rintangan dan perubahan karir, termasuk saat bekerja di media selama masa krisis politik tahun 1998, Asisi terus mengikuti panggilan hatinya untuk menciptakan karya yang bermakna.

Salah satu momen penting dalam karirnya adalah ketika dia bekerja di sebuah LSM yang mengizinkannya untuk menciptakan komik tentang demokrasi dan hak asasi manusia, yang disebarluaskan secara bebas. Asisi sadar akan pentingnya menyampaikan pesan-pesan berat melalui media yang bisa dicerna oleh semua orang, terutama generasi muda.

Asisi juga berbagi bahwa kegemarannya pada sejarah menginspirasinya untuk menciptakan komik-komik pendidikan, menyadari bahwa sejarah bisa menjadi alat pembelajaran yang kuat jika disajikan dengan cara yang menarik dan menghibur.

Dalam perjalanan hidupnya, Asisi menemukan pasangan hidup yang berbagi visi yang sama dengannya, dan bersama-sama mereka memutuskan untuk membangun anak-anak untuk menjadi individu yang penuh kesadaran akan sejarah dan sains melalui media yang populer dan mudah dicerna.

Dari kisah hidup Asisi Suhariyanto, kita belajar tentang pentingnya mengikuti passion, mengatasi rintangan, dan menggunakan media sebagai alat untuk menyebarkan pesan-pesan penting kepada masyarakat luas. Semoga kisah inspiratif ini dapat memotivasi kita semua untuk mengejar impian dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Asisi Suhariyanto Endgame Gita Wirjawan
Asisi Suhariyanto di Endgame Gita Wirjawan

“korupsi itu bukan budaya kita. Budaya kita yang asli (adalah) pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, – itu budaya asli kita sebenarnya. “ Asisi Suhariyanto – EndGame

Perjalanan Mencari Kemanusiaan

Asisi mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Asisi memilih untuk meninggalkan pekerjaan dan membangun studio sendiri. Namun, rencana itu tidak berjalan sesuai harapan. Meskipun begitu, Asisi tidak menyerah begitu saja. Sementara Asisi mencoba membangun studio, istrinya tetap bekerja di sebuah penerbitan di Surabaya, khususnya dalam bidang buku motivasi.

Asisi mengambil peran sebagai bapak rumah tangga, sementara tren di kalangan anak muda saat itu adalah mencari pekerjaan di luar negeri. Kemajuan teknologi, terutama internet, telah membuat hal itu menjadi lebih mudah dari masa-masa sebelumnya. Asisi mulai mengikuti tren tersebut dengan menerima pekerjaan dari luar negeri sebagai ilustrator dan pembuat komik.

Namun, istri Asisi tetap bekerja sebagai penerjemah tetap di National Geographic Traveler. Melalui pekerjaan ini, Asisi mulai menyatukan minat dalam travelling dengan mempelajari budaya. Asisi memutuskan untuk membuka usaha sendiri, sebuah langkah yang mungkin tidak akan kami wujudkan jika tetap bergantung pada pekerjaan di perusahaan.

Asisi dan istri menghabiskan waktu setahun untuk belajar bersama-sama tentang bagaimana menjadi pengusaha yang sukses. Setelah persiapan yang matang, istri Asisi mulai mengumpulkan klien-klien untuk usaha penerjemahan yang kami dirikan pada tahun 2015 dengan nama Vihayana Creative. Dari situlah, mulai membangun bisnis kami bersama-sama.

Melalui bisnis ini, Asisi mendapatkan kebebasan dan waktu yang cukup untuk mewujudkan impian kami. Asisi memutuskan untuk melakukan perjalanan keliling dunia, memulainya dari Nusantara hingga ke Eropa dan Afrika. Perjalanan tersebut tidak hanya sekadar liburan biasa, tetapi Asisi benar-benar mencoba merasakan pengalaman hidup di setiap tempat yang kami kunjungi.

Salah satu pengalaman yang paling mengubah hidup Asisi adalah ketika Asisi berkunjung ke Yugoslavia. Melalui percakapan dengan penduduk setempat, Asisi menyadari kompleksitas konflik yang terjadi di sana dan betapa pentingnya untuk tetap melihat manusia di balik konflik.

Perjalanan Asisi ke Israel/Palestina, di mana Asisi mengalami langsung dampak dari konflik yang sedang berlangsung. Melalui pengalaman ini, Asisi semakin menghargai keamanan dan kedamaian di Indonesia, dan menyadari betapa pentingnya untuk tetap menjaga persatuan dan keragaman di negara kita.

Kembali ke Indonesia, Asisi merasa bersyukur bahwa negara tidak mengalami perpecahan seperti yang disaksikan di tempat lain. Pengalaman ini membuat Asisi semakin mencintai Indonesia dan bertekad untuk terus berkontribusi dalam membangun negara ini.

Melalui perjalanan hidup, Asisi menyadari betapa pentingnya untuk tetap menghargai persatuan dan keberagaman di Indonesia. Meskipun kita memiliki perbedaan, kita semua adalah bagian dari satu bangsa yang sama. Dengan memahami dan menghormati satu sama lain, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Mahakarya Masa Lalu

“Jati diri kita itu keberagaman dan toleransi,” ungkap Asisi. Dia percaya bahwa keberagaman budaya dan toleransi telah menjadi ciri khas bangsa sejak zaman Austronesia. Namun, dalam menghadapi tantangan modern, seperti pandemi, Asisi merasa perlu untuk menyajikan konsep tersebut dengan cara yang lebih relevan, seperti melalui media video yang populer saat ini.

Salah satu aspek menarik dari wawancara ini adalah bagaimana Asisi menemukan minatnya pada sejarah klasik Indonesia melalui pengalaman pribadinya. Dia bercerita bagaimana saat masih berpacaran dengan istri, dia menemukan minat baru pada sejarah melalui membaca novel “Gajah Mada” karya Pak Langit Kresna Hariadi. Novel fiksi ini, meskipun tidak secara akurat menggambarkan sejarah, mampu membangkitkan minatnya pada masa lalu bangsanya.

Asisi menekankan pentingnya menyajikan sejarah dengan cara yang menarik bagi masyarakat luas. Dia menyoroti betapa candi menjadi penting dalam menjangkau dan menyentuh emosi orang-orang terhadap sejarah. Sebagai contoh, ia membahas pengalaman seorang penggemar yang merasakan ikatan emosional yang kuat dengan candi, yang mengingatkannya pada kenangan dengan orang tuanya.

Salah satu titik menarik lainnya adalah ketika Asisi membahas peran candi dalam memahamkan kita tentang sejarah. Dia menjelaskan bahwa candi bukan hanya sekadar struktur fisik, tetapi juga merupakan manifestasi dari pemikiran spiritual dan arsitektur bangsa. Candi menjadi simbol dari kejayaan dan spiritualitas masa lalu.

Menariknya, Asisi juga membahas perbandingan antara ledakan candi dan ledakan sastra di masa lampau. Dia mengaitkan perubahan ini dengan perubahan dalam pandangan masyarakat terhadap cara menghormati dan menghadirkan Dewa ke dalam kehidupan sehari-hari.

Hilangnya Keindonesiaan

Kebijaksanaan Nenek Moyang

Saat kita mencoba memahami peristiwa sejarah yang telah membentuk identitas bangsa Indonesia, kita sering kali menghadapi pertanyaan: mengapa kedamaian tampaknya menjadi pilar kuat dalam sejarah kita? Asisi menawarkan pandangan yang menarik, bahwa selama 2000 tahun terakhir, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah memelihara kedamaian secara konsisten. Fatalitas akibat perbedaan etnis, agama, atau ras, tercatat tidak lebih dari 9 juta, jauh di bawah angka yang terlihat di Eropa. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada perubahan budaya dan peradaban, kedamaian tetap menjadi denominasi umum yang kuat.

Sebagai sebuah negara yang kaya akan budaya dan keberagaman, Indonesia telah berhasil mengadopsi pengaruh budaya dari luar dengan cara yang unik. Meskipun India dan Tiongkok memiliki pengaruh yang signifikan, Indonesia cenderung mengambil esensi dari pengaruh tersebut, bukan hanya secara permukaan. Ini tercermin dalam sintesis budaya yang terjadi, di mana pengaruh luar disatukan dengan nilai-nilai lokal untuk menciptakan harmoni dan kerukunan yang luar biasa.

Periode transisi dari masa Hindu-Buddha ke masa Islam di Indonesia memperlihatkan proses akulturasi yang menarik antara budaya asli dengan agama Islam yang masuk. Contohnya adalah munculnya Wali Songo yang melakonkan wayang sebagai sarana dakwah. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia selalu terbuka terhadap pengaruh luar, selama itu membawa kedamaian dan harmoni.

Tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana kita dapat mengembalikan kejayaan yang pernah dirasakan pada milenium pertama dan kedua. Dalam konteks milenium ketiga ini, ada potensi besar untuk mereplikasi kesuksesan akulturasi budaya masa lampau dalam bidang teknologi, ekonomi, dan arsitektur. Kunci utamanya adalah mempertahankan esensi damai dan kerukunan yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia selama ribuan tahun.

Cut, Copy, Paste Sejarah

Sejarah sering kali menjadi jendela yang menawarkan pandangan yang menarik tentang masa lalu yang kaya akan peristiwa dan peradaban yang menakjubkan.

Asisi juga membahas tentang titik infleksi yang terjadi di abad ke-13, yang merupakan awal dari transisi dari Kerajaan Singasari ke Majapahit di Indonesia. Dia juga menyoroti peristiwa penting lainnya pada masa itu, seperti keruntuhan Abbasid di Baghdad akibat invasi oleh Hulagu Khan serta munculnya Kesultanan Ottoman.

Namun, yang lebih menarik adalah pandangan Asisi tentang kepercayaan Jawa kuno yang merujuk pada konsep Yuga. Konsep ini menggambarkan siklus zaman yang terus berulang, dari zaman Kaliyuga yang penuh konflik hingga zaman Dwara yang lebih dikenal dengan intrik dan politik.

Dalam menjelaskan konsep ini, Asisi menyoroti betapa pentingnya pemahaman akan sejarah untuk melihat pola-pola yang terjadi dalam peradaban manusia. Dia juga membahas bagaimana kejayaan budaya dan teknologi bisa menjadi cerminan dari pemahaman yang mendalam tentang masa lalu dan bagaimana masyarakat bisa belajar darinya.

Namun, Asisi juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh generasi muda, terutama dalam era teknologi dan kecerdasan buatan. Dia khawatir bahwa fokus yang terlalu besar pada teknologi tanpa pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan budaya bisa membawa dampak negatif yang besar.

Gita Wirjawan Podcast Endgame

“kita memang suka berdamai dan kita sangat menghormati kedamaian dan perdamaian. Jadi walaupun terjadi perubahan budaya, bahkan peradaban, tapi common denominator-nya adalah kedamaian.” Gita Wirjawan – EndGame

Jati Diri Nusantara

Sebuah perjalanan melalui waktu membawa kita pada refleksi tentang masa lalu Indonesia yang kaya akan kejayaan dan kebijaksanaan. Asisi Suhariyanto, mengungkapkan pemikirannya tentang masa lalu yang hilang dan pengaruhnya terhadap masa kini.

Asisi memulai perbincangan dengan merenungkan perbedaan masa lalu dan masa kini. Dia menyoroti bagaimana di masa klasik, Indonesia tidak menghadapi masalah yang sama seperti sekarang. Gender, disabilitas, perbedaan etnis, dan agama tidak menjadi masalah pada masa itu. Namun, Asisi menyadari bahwa sekarang banyak hal tersebut menjadi masalah.

Menariknya, Asisi menunjukkan bahwa penyelesaian beberapa masalah yang ada saat ini sebenarnya sudah diselesaikan di masa lalu. Seharusnya, Indonesia telah mengambil landasan dari masa lalu untuk memajukan diri. Namun, kenapa hal itu tidak terjadi? Asisi menggambarkan bahwa sejarah Indonesia mengalami grafik naik-turun yang mencolok. Dari puncak kejayaan Majapahit, kemudian penurunan selama masa kolonial, dan terus menurun hingga sekarang.

Perhatian Asisi kemudian tertuju pada masa kolonial. Dia mengemukakan bahwa untuk menghindari kesalahan yang terjadi pada masa kolonial, kita perlu memahami apa yang terjadi pada masa itu. Menurutnya, persoalan mendasar terjadi pada abad ke-18 hingga ke-19. Ini adalah masa di mana perubahan signifikan terjadi, mengubah dinamika kehidupan sosial dan politik.

Salah satu inti dari diskusi Asisi adalah pentingnya penegakan hukum dalam mencapai kejayaan sebuah peradaban. Dia menelusuri masa lalu Indonesia, khususnya masa kejayaan Majapahit, dan menyoroti betapa kuatnya sistem hukum pada masa itu. Sistem yang adil, di mana setiap orang, tanpa pandang bulu, bisa dikenai hukuman.

Gita Wirjawan dan Asisi Suhariyanto

Namun, Asisi juga mengungkap ironi dari kejayaan tersebut. Meskipun sistem hukumnya kokoh, namun tidak terjadi regenerasi kepemimpinan yang cukup kuat setelahnya. Hal ini menjadi perdebatan tentang apakah masalah terletak pada sistem atau spirit yang menggerakkannya.

Asisi mengajak kita untuk belajar dari masa lalu, memahami sistem yang pernah ada, dan mengeksplorasi cara-cara di mana prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan dalam konteks modern. Dia menekankan bahwa melalui penegakan hukum yang kuat, sebuah bangsa bisa mencapai kejayaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, ekonomi, dan demokrasi.

Dalam diskusi yang mendalam ini, Asisi Suhariyanto membangkitkan semangat untuk menelusuri kembali akar sejarah Indonesia, menemukan inspirasi dari masa lalu, dan menerapkannya dalam upaya memajukan bangsa menuju masa depan yang lebih cerah.

@pemikirankedepan

Sejarah bukan sekadar kumpulan data kering, tapi kisah hidup manusia. Di balik setiap peristiwa terdapat detak jantung, ketakutan, kerinduan, dan ambisi manusia. Mereka memiliki cerita yang sama seperti kita, penuh dengan emosi dan kehidupan. #Sejarah #Manusia #Emosi #KisahHidup #TikTokSejarah #FYP #GitaWirjawan #AsisiSuhariyanto #Masalalu #cerita #ceritasejarah #endgame

♬ suara asli – pemikirankedepan – pemikirankedepan