Blue Bird Group adalah salah satu ikon industri transportasi di Indonesia, dikenal luas berkat reputasinya dalam memberikan layanan berkualitas dan kredibel. Dalam wawancara penuh inspirasi dengan Noni Purnomo, pimpinan Blue Bird TBK, kita mendapatkan pandangan mendalam tentang perjalanan dan filosofi yang membentuk perusahaan ini, serta bagaimana nilai-nilai keluarga berperan penting dalam kesuksesan mereka.
Awal Mula dan Nilai Keluarga
Noni Purnomo menceritakan bagaimana Blue Bird dimulai dari garasi rumah keluarganya pada tahun 1972. Saat itu, ia masih sangat muda dan terlibat dalam berbagai aktivitas sehari-hari perusahaan, bahkan sejak usia 5 tahun. Lingkungan yang akrab dengan para pengemudi dan karyawan menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya, mengajarinya tentang kerja keras dan rasa hormat.
Keluarga Purnomo memiliki sejarah panjang dalam dunia bisnis. Mendiang nenek Noni, pendiri Blue Bird, memulai bisnis ini setelah kehilangan suaminya dan berjuang untuk mencari cara untuk menopang ekonomi keluarganya. Dari penjualan telur dan batik, nenek Noni akhirnya mendapatkan kendaraan dan memulai layanan limusin yang menjadi cikal bakal Blue Bird. Nilai-nilai seperti menghargai semua orang tanpa memandang status, disiplin, dan rasa hormat terhadap budaya, ditanamkan sejak dini.
Filosofi dan Etika Perusahaan
Blue Bird tidak hanya dikenal karena layanannya yang andal, tetapi juga karena integritas dan etika kerja yang tinggi. Noni menjelaskan bahwa nama “Blue Bird” diambil dari filosofi “burung kebahagiaan” yang mengartikan kebahagiaan memberi. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari kemampuan untuk membuat orang lain bahagia, dan ini tercermin dalam setiap aspek layanan Blue Bird.
Integritas adalah pilar utama yang dijaga melalui berbagai cara. Rekrutmen pengemudi, misalnya, melibatkan proses seleksi yang ketat, termasuk psikotes dan wawancara dengan pengemudi senior. Hal ini memastikan bahwa calon pengemudi memiliki kecocokan emosional dan profesional dengan nilai-nilai perusahaan.
Noni Purnomo juga menekankan pentingnya membantu pengemudi untuk mewujudkan mimpi mereka. Program-program seperti beasiswa pendidikan, cicilan perumahan, dan fasilitas ibadah haji atau umroh dirancang untuk mendukung impian jangka panjang para pengemudi. Ini menunjukkan komitmen Blue Bird untuk tidak hanya memberikan pekerjaan, tetapi juga mendukung kesejahteraan dan aspirasi jangka panjang karyawan mereka.
“Pemberdayaan perempuan bukan tentang laki-laki dan perempuan, tetapi tentang memberdayakan semua orang untuk membangun negara ini. Setengah dari populasi adalah perempuan, jadi kita harus memastikan bahwa mereka semua diberdayakan.” Gita Wirjawan – EndGame
Tantangan dan Kolaborasi
Sepanjang perjalanan Blue Bird, Noni menghadapi berbagai tantangan, termasuk persaingan dengan taksi gelap dan preman di berbagai kota. Pendekatan yang diambil adalah melalui negosiasi dan kolaborasi, bukan konfrontasi. Noni menyoroti pentingnya berkolaborasi dengan kompetitor dan berusaha memberikan kualitas layanan terbaik sebagai kunci untuk sukses dan keberlanjutan bisnis.
Pengalaman Noni di Tarakanita, terutama dalam marching band, mengajarkannya disiplin dan kerja keras, yang terbukti sangat berguna dalam mengelola perusahaan besar seperti Blue Bird. Kedisiplinan yang diterapkan dalam marching band mempersiapkannya untuk menghadapi berbagai tantangan dalam bisnis.
Awal Perjalanan Bisnis
Noni Purnomo memulai karier bisnisnya di Australia, tepatnya saat kuliah di University of Newcastle. Pada tahun ketiga kuliahnya, Noni memutuskan untuk menyewa townhouse yang terdiri dari tiga kamar, lalu menyewakannya kembali. “Itu adalah bisnis pertama saya,” ujarnya. Praktik ini, yang dilakukan jauh sebelum era Airbnb, mengajarinya bagaimana menjadi seorang landlord dan mengelola properti.
Selama masa kuliah, Noni menghadapi berbagai tantangan, mulai dari language barrier hingga culture shock. Kesulitan bahasa Inggris sempat membuatnya hampir gagal dalam mata kuliah. “Saya tidak mengerti istilah-istilah teknik yang diajarkan,” kenangnya. Meski begitu, pengalaman tersebut membentuknya menjadi pribadi yang lebih tangguh dan adaptif.
Noni juga menghadapi culture shock ketika pertama kali tiba di Australia. Jauh dari rumah dan jauh dari kenyamanan keluarga, ia mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Namun, pengalaman ini menjadi bagian penting dalam proses pembelajarannya, mengajarkannya tentang kepemimpinan dan cara menghadapi berbagai situasi sulit.
Di University of Newcastle, Noni mengambil inisiatif untuk mempromosikan budaya Indonesia. Dengan anggotanya yang sebagian besar laki-laki, Noni memutuskan untuk memperkenalkan tarian Saman kepada mereka. “Kami sempat kesulitan sinkronisasi, tetapi akhirnya kami sukses dan diundang ke Sydney dan Canberra,” ceritanya. Inisiatif ini menunjukkan kepemimpinan dan kemampuannya dalam menginspirasi dan memotivasi timnya.
“Dengan menggunakan kendaraan listrik, biaya perawatan itu jauh berkurang, karena tidak ada mesin yang harus dirawat. Suku cadang yang mahal itu kan baterainya, tetapi masa pakai baterainya bisa sampai 10 tahun.” Noni Purnomo – EndGame
Kembali ke Blue Bird dan Pendidikan Lanjutan
Setelah menyelesaikan kuliah, Noni kembali ke Indonesia dengan tekad untuk bekerja di Blue Bird. Namun, ia menghadapi tantangan baru ketika perusahaan-perusahaan yang dilamarnya di luar negeri menolak karena bias gender. “Saat itu, industri masih sangat seksis,” ungkapnya.
Noni memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil MBA di San Francisco. Selama di sana, ia belajar banyak tentang keuangan dan pemasaran, serta aktif dalam kegiatan Permias, termasuk olahraga. “Saya belajar banyak dan membuat banyak kenalan,” ujarnya tentang masa-masanya di Amerika.
Setelah menyelesaikan MBA, Noni kembali ke Jakarta. Meskipun ada tawaran pekerjaan di Johnson & Johnson di New York, ia memilih untuk pulang ke tanah air sesuai dengan pesan neneknya. “Sekarang saya menyadari bahwa semuanya terjadi karena alasan yang baik,” tuturnya. Noni bergabung kembali dengan Blue Bird, di mana ia menggunakan latar belakang Teknik Industri untuk meningkatkan efisiensi dan proses bisnis perusahaan.
Blue Bird dikenal sebagai pelopor dalam industri transportasi dengan selalu beradaptasi dengan inovasi terbaru. Noni mengakui bahwa salah satu kunci kesuksesan Blue Bird adalah kemampuannya untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Dari awal yang sederhana hingga menjadi salah satu perusahaan transportasi terkemuka, Blue Bird terus mengikuti tren dan teknologi terbaru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Visi Keberlanjutan dan Investasi pada Kendaraan Listrik
Noni Purnomo membagikan wawasan mengenai filosofi dan visi di balik keputusan Blue Bird untuk mengadopsi kendaraan listrik. Visi mendiang neneknya yang berfokus pada kesejahteraan semua pemangku kepentingan, termasuk lingkungan hidup, menjadi pendorong utama. “Kami selalu memastikan kendaraan dalam kondisi prima untuk meminimalisir emisi CO2,” ujar Purnomo. Keputusan untuk menggunakan EV, meskipun menghadapi tantangan seperti harga tinggi, merupakan langkah strategis yang diambil dengan perhitungan ROI jangka panjang.
Purnomo menjelaskan keuntungan ekonomis dari kendaraan listrik, termasuk penghematan biaya perawatan dan bahan bakar. Namun, tantangan terbesar adalah biaya awal yang tinggi. Dengan dukungan pemerintah dan potensi insentif, Blue Bird berencana untuk memperluas penggunaan EV meski pandemi COVID-19 sempat menghambat rencana tersebut. Saat ini, mereka baru memiliki 30 EV dari total armada 30.000 kendaraan, namun mereka berharap dapat menggantikan separuh armada dengan EV dalam lima tahun ke depan.
Menghadapi Masa Depan dengan Teknologi Otonom
Noni Purnomo juga berbicara tentang masa depan Blue Bird dalam konteks teknologi otonom. “Kami melihat diri kami sebagai penyedia jasa mobilitas, bukan sekadar perusahaan transportasi,” jelasnya. Teknologi seperti kendaraan otonom dan kecerdasan buatan (AI) akan menjadi kunci untuk memberikan layanan yang aman, nyaman, dan terpersonalisasi. Purnomo percaya bahwa perubahan besar seperti kemudi otonom akan menjadi kenyataan ketika ekonomi mendukung dan masyarakat siap untuk adaptasi.
Salah satu tantangan utama adalah kesiapan sosial dan infrastruktur. Blue Bird telah bekerja sama dengan PLN untuk merencanakan lokasi stasiun pengisian EV dan berusaha untuk menciptakan katalis bagi adopsi yang lebih luas. Purnomo menekankan pentingnya kolaborasi dan insentif untuk mempercepat perubahan ini. “Kami tidak bisa melakukannya sendirian,” katanya.
Visi untuk Indonesia 2045
Noni Purnomo juga berbagi pandangannya tentang masa depan Indonesia, terutama mengenai pemberdayaan perempuan dan pendidikan. Dia berharap pada tahun 2045, Indonesia akan semakin berkembang dan memberdayakan perempuan secara optimal. “Kami harus melihat pemberdayaan perempuan sebagai bagian penting dari pembangunan negara,” tambahnya.
Blue Bird telah menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa dengan mengadopsi teknologi baru dan tetap berkomitmen pada visi keberlanjutan. Dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial, perusahaan ini terus berinovasi untuk memastikan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan masyarakat, Blue Bird tetap menjadi pionir dalam industri transportasi di Indonesia.