Dalam sebuah diskusi yang penuh inspirasi, tiga generasi ilmuwan pangan berbagi pandangan mereka tentang pentingnya peran guru, ambisi pribadi, dan rasa nasionalisme. Mereka menggali lebih dalam tentang bagaimana bimbingan seorang guru bisa menyalakan api semangat dan membentuk masa depan para ilmuwan.
Menemukan Inspirasi dan Menyebarkan Api Semangat
Pembicara pertama menekankan pentingnya menemukan hal-hal yang membuat hati bergetar. Menurutnya, saat merasa terinspirasi, seseorang akan memiliki percikan api baru dalam hidupnya. Inspirasi ini tidak hanya milik pribadi tetapi juga bisa disebarkan kepada orang lain, seperti teman, murid, atau mentee. Dia percaya bahwa menyentuh rasa ingin tahu seseorang dapat menyebarkan api semangat ke banyak orang.
Peran Guru dalam Membentuk Masa Depan
Cerita inspiratif lainnya datang dari seorang ilmuwan yang mengenang guru SD-nya, Bu Sri, di Klaten. Dia menceritakan bagaimana Bu Sri memberikan pengaruh besar pada hidupnya, bahkan memotivasinya untuk memiliki mimpi besar, seperti menjadi pemimpin dunia. Pengalaman ini menunjukkan bahwa peran guru bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan menginspirasi muridnya untuk mencapai potensi penuh mereka.
“Guru itu mestinya bukan hanya untuk mengajar orang tetapi mengajar keluarganya” Profesor Winarno – Endgame

Mengajarkan Nasionalisme dan Menghargai Cerita
Guru juga memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai nasionalisme. Seorang pembicara menggambarkan bagaimana guru dapat menanamkan rasa bangga akan bangsa melalui cerita dan diskusi. Dia mengenang momen makan malam bersama keluarga sebagai waktu yang berharga untuk berbagi cerita dan menghargai satu sama lain. Menurutnya, diskusi semacam ini penting untuk menumbuhkan rasa kebanggaan dan cinta terhadap tanah air.
Optimisme untuk Masa Depan
Diskusi ini diakhiri dengan catatan optimis. Salah satu pembicara mengekspresikan keyakinannya bahwa dengan menghargai peran guru, menyalakan api semangat dalam diri, dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kita bisa menciptakan generasi ilmuwan yang berdedikasi dan bersemangat. Dia yakin bahwa dengan penghayatan yang mendalam terhadap nilai-nilai ini, masa depan yang lebih baik dan penuh prestasi dapat tercapai.

Api Inspirasi Seorang Guru
Profesor Winarno mengisahkan masa kecilnya di Klaten, saat ia terinspirasi oleh gurunya, Bu Sri. Meskipun berasal dari keluarga sederhana, dengan ibu yang buta huruf dan ayah yang hanya lulus SD, Winarno memiliki cita-cita besar. Di kelas 3 SD, ia sudah bercita-cita menjadi guru, terinspirasi oleh ketertiban dan dedikasi yang ia lihat dari para guru di sekitarnya.
Winarno bercerita bagaimana Bu Sri memberikan tugas membuat Lencana Merah Putih dari kain merah dan putih. Tugas sederhana ini membekas dalam dirinya, menanamkan rasa cinta pada Indonesia. Saat ia menjadi presiden standar pangan dunia, kenangan akan Bu Sri dan pelajaran nasionalisme selalu mengiringinya. “Bu Sri, sang saka merah putih sudah saya kibarkan di seluruh penjuru dunia,” kata Winarno dengan bangga.
Peran Keluarga dalam Pendidikan
Bu Wida, anak Profesor Winarno, menceritakan pengalaman keluarganya yang unik. Ayahnya, seorang dosen yang disiplin, selalu memastikan jadwal keluarga diatur dengan detail, bahkan saat liburan. Disiplin ini, meski terlihat ketat, membentuk karakter dan etos kerja yang kuat dalam dirinya.
Bu Wida mengingat momen ketika ia diajak mengunjungi pabrik bersama ayahnya, yang kemudian menjadi klien saat ia dewasa. “Keluarga kami memang agak unik,” ujarnya sambil tertawa. Bu Wida juga menekankan pentingnya makan malam bersama sebagai waktu untuk berbagi cerita dan informasi, menjadikannya momen berharga dalam kehidupan keluarga.
“Kita lakukan apa yang kita suka aja” Ibu Wida Winarno – Endgame

Ambisi Menduniakan Tempe
Ando, generasi ketiga, memiliki ambisi besar untuk mengenalkan tempe ke seluruh dunia. Mengelola perusahaan tempe di Inggris, Ando melihat tempe sebagai solusi untuk masalah malnutrisi dan obesitas. Ia terinspirasi oleh cerita kakeknya tentang mengibarkan bendera merah putih setinggi-tingginya.
Pada tahun 2019, Ando bersama timnya dari berbagai negara mengunjungi desa Mayat di Klaten, tempat pertama kali tempe didokumentasikan dalam sejarah. Di sana, ia merasakan momen emosional yang mengingatkannya pada pesan kakeknya tentang nasionalisme. “Saya merasa ini momentum saya untuk menjalankan nasehat Bu Sri dengan cara saya sendiri,” ungkap Ando.
“Rumus warisan kakek gabungkan kearifan lokal dengan ilmu pengetahuan yang Mutahir” Ando – Endgame

Menghargai Peran Guru
Dalam diskusi ini, ketiganya sepakat bahwa peran guru sangatlah penting dalam membentuk karakter dan masa depan bangsa. Mereka menekankan bahwa menjadi guru bukan hanya mengajar di sekolah, tetapi juga mendidik keluarga dan menjadi teladan. “Guru itu penting sekali dalam kehidupan kita” Gita Wirjawan – Endgame

Profesor Winarno mengingatkan bahwa makan malam keluarga seharusnya menjadi momen penting untuk berbagi dan belajar. Ia juga menekankan pentingnya tepat waktu sebagai inti dari disiplin. “Tidak pernah ada rapat yang terlambat satu detik pun,” tegasnya.
Bu Wida menambahkan bahwa keberhasilan anak-anaknya dalam berbagai bidang, mulai dari pangan hingga musik, adalah hasil dari lingkungan keluarga yang mendukung dan memberikan ruang untuk mengejar passion masing-masing.
Kesimpulan
Moderator menutup sesi dengan refleksi bahwa mencapai kejayaan bangsa memerlukan usaha kolektif untuk menyadari dan memperbaiki kekurangan. Diskusi yang kaya dan mendalam ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak keluarga untuk mengutamakan pendidikan dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat Indonesia.
Acara ini tidak hanya memberikan wawasan tentang tantangan dan peluang di industri pangan, tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya peran keluarga dan kebijakan publik dalam membentuk masa depan bangsa. Mari kita bersama-sama membangun Indonesia yang lebih berdaya saing dan berkelanjutan.