Dalam percakapan yang menginspirasi antara Gita Wirjawan dan Maudy Ayunda, kita menyaksikan potret hidup seorang Kartini modern yang berani menentang status quo.
Maudy Ayunda, seorang pemikir muda yang memukau, menceritakan perjalanannya yang luar biasa. Lahir di Jakarta, Maudy menempuh pendidikan dari Al-Azhar hingga ke perguruan tinggi di Oxford dan Stanford, dengan menyelingi karir di industri hiburan.
Keberanian dan keberuntungan memainkan peran penting dalam perjalanan Maudy. Dari casting tak terduga di sebuah restoran hingga menjadi bintang film dan musisi yang diakui, Maudy membagikan kisahnya yang menginspirasi.
Dukungan dari keluarga, terutama ibunya yang juga seorang penyanyi profesional, memperkuat minat Maudy dalam musik dan seni. Sementara itu, kecintaannya pada membaca dan dorongan untuk keluar dari zona nyaman memperkaya perjalanan intelektualnya. Maudy juga menyoroti perubahan budaya di kalangan generasi muda, yang semakin terbuka terhadap risiko dan kewirausahaan. Sekarang, dengan dukungan dari ekosistem yang lebih ramah dan kultur modal ventura yang berkembang pesat, generasi muda semakin berani mengejar mimpi mereka.
“Anak-anak generasi sekarang itu kayak menderita dari amnesia historis, lupa dengan sejarah, karena mereka lebih chatting satu sama lain.” – Gita wirjawan – Endgame
Dengan kesempatan dan dukungan yang ada, Maudy mendorong generasi muda untuk mengeksplorasi potensi mereka, menantang status quo, dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia.
Maudy membawa kita dalam perjalanan intelektualnya di Oxford, di mana dia terpapar pada sistem pembelajaran yang menantang dan mentransformasi. Dengan membaca 10 buku setiap minggu dan berpartisipasi dalam diskusi kelas yang intim, Maudy merasa didorong untuk berpikir kritis dan mengembangkan opini yang kuat.
Filosofi membuka pikiran Maudy untuk menantang asumsi dan presumsi, sebuah keterampilan yang penting dalam menghadapi ketimpangan global. Dia memperhatikan bahwa ketimpangan tidak hanya terlihat di negara berkembang, tetapi juga di negara maju.
Maudy menyoroti dua fenomena yang menarik: kehilangan penghormatan terhadap sejarah dan kesulitan dalam membedakan fakta dari fiksi. Namun, dia percaya bahwa pemahaman sejarah dapat membantu kita melihat bahwa apapun hanya sementara dan telah diuji sebelumnya.
Ketika kita memahami bagaimana ideologi politik dan pemimpin mengalami jatuh-bangun dalam sejarah, kita menjadi lebih waspada terhadap status quo dan lebih mampu berpikir kritis tentang masa depan.
Melalui pendekatan filosofisnya terhadap pendidikan dan pemahaman sejarah, Maudy mendorong generasi muda untuk mengembangkan keterampilan kritis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global dan membangun masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Maudy mengungkapkan bahwa memahami sejarah membantu kita melihat konteks yang lebih luas dari keberadaan kita dalam sejarah kemanusiaan. Ini mendorong kita untuk mengevaluasi kritis apa yang kita miliki sekarang dan bagaimana kita bisa memperbaikinya.
Dia menyoroti peran penting pendidikan dalam hal ini, terutama dalam pembentukan kurikulum, sistem pengajaran, dan pendekatan pembelajaran. Maudy percaya bahwa pendidikan harus melebihi sekadar fakta dan memori, tetapi juga mengajarkan cara berpikir kritis.
Gita Wirjawan setuju bahwa pendidikan harus memfokuskan pada pemikiran kritis dan investigasi terhadap sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Dia mengilustrasikan bagaimana pertanyaan sejarah di sekolah dapat memicu pemikiran kritis yang mendalam.
Maudy dan Gita Wirjawan juga membahas pentingnya memahami konteks sosial dan struktural di balik peristiwa sejarah, seperti kebangkitan Hitler. Mereka menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena sejarah, seperti perjanjian Versailles dan Depresi Besar, yang akhirnya membentuk hiper nasionalisme.
Dengan pendidikan kritis yang memahami sejarah dan konteks sosial, generasi masa depan diharapkan dapat mengobati, merehabilitasi, dan menghadapi tantangan kritis dalam membangun masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Maudy menyebutkan bahwa pengalamannya dalam pendidikan yang beragam, dari studi di bidang PPE hingga memilih pendidikan dan bisnis sebagai fokus S2-nya, memberikan wawasan yang luas. Dia menekankan bahwa penting bagi individu untuk memilih bidang yang sesuai dengan minat dan tujuan karir mereka.
Dia mengakui bahwa pada awalnya dia bingung antara passion dan kebutuhan pragmatis, tetapi dengan waktu, dia menyadari bahwa passion juga bisa dipilih. Akhirnya, Maudy memilih pendidikan karena merasa itu adalah ruang yang membutuhkan dukungan lebih besar dan merupakan panggilan batinnya.
Meskipun secara batin lebih condong ke arah pendidikan, Maudy mengakui bahwa Business School juga menarik perhatiannya dengan berbagai aspek bisnis dan lingkungan yang ambisius. Namun, dia mengalami krisis identitas setelah lulus karena perbedaan antara narasi yang dijual oleh sekolah dengan kenyataan di lapangan.
Diskusi berlanjut ke buku “The Originals” karya Adam Grant, yang membahas late specialization dan konsep anti-fragilitas. Maudy menyatakan bahwa pengalaman hidupnya mendukung teori late specialization, di mana berbagai kegiatan yang dia lakukan, baik di bidang musik maupun akting, menjadi tambahan untuk kedalaman pemikirannya.
Maudy menambahkan bahwa dalam konteks Indonesia, konsep anti-fragilitas sangat relevan mengingat sejarahnya yang penuh dengan cobaan dan tantangan. Mereka menyimpulkan bahwa semakin multidimensional seseorang, semakin tinggi kemungkinan mereka untuk berkembang dan mengatasi rintangan dengan lebih baik.
Maudy Ayunda menyoroti peran penting pendidikan dalam menciptakan perubahan di Indonesia. Dia berbagi aspirasinya untuk menggabungkan bisnis dan pendidikan melalui teknologi dalam menjalankan EdTech, dengan harapan untuk mentransformasi pendidikan di Indonesia tanpa harus mengorbankan kualitas untuk akses yang lebih luas.
Namun, Maudy juga menyatakan keraguan tentang apakah teknologi adalah jalur terbaik untuk mencapai idealisme pendidikan yang dia miliki, mengingat tekanan komersial pada startup pendidikan yang sering kali mengubah fokus dari kualitas pendidikan menjadi profitabilitas.
Dia menyoroti pentingnya motivasi di balik pendidikan dan apakah itu harus dikendalikan oleh investor. Maudy mempertanyakan apakah fokus pada pendidikan seharusnya menjadi pendauran ulang modal dalam waktu singkat atau pendekatan yang lebih berkelanjutan untuk mendidik bangsa.
Maudy juga menggambarkan potensi pembangunan keterampilan berbahasa internasional di Indonesia sebagai low hanging fruit dalam mencapai peningkatan vokasi, dengan mempertimbangkan peluang ekonomi yang dihasilkan dari pariwisata dan kebutuhan akan komunikasi lintas budaya.
Selain itu, dia menggarisbawahi pentingnya keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan dan berpikir kritis dalam menciptakan kesempatan bagi Indonesia untuk berperan lebih besar dalam bidang sains dan mendapatkan penghargaan internasional seperti Nobel.
Maudy Ayunda menyoroti pentingnya interaksi dua arah antara guru dan siswa dalam pendidikan, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Dia menawarkan gagasan kontrarian bahwa salah satu langkah efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menyediakan panduan dan sumber daya yang lebih jelas bagi para guru.
Maudy menyoroti konsep “low hanging fruit” dalam pelatihan guru, di mana sumber daya yang ditawarkan kepada guru bisa memberikan panduan yang lebih terstruktur dalam mengajar topik tertentu, seperti aljabar. Dia menekankan pentingnya menyediakan konten yang berkualitas dalam pendidikan, meskipun saat ini ada lebih banyak fokus pada platform teknologi.
Selain itu, Maudy membahas tantangan dalam pendidikan, termasuk tabrakan antara filosofi dan investasi yang harus didaur ulang dalam waktu yang singkat, serta kebutuhan akan budaya cinta belajar yang harus didorong baik dari atas maupun dari bawah. Dia menegaskan bahwa peran orang tua dan pemimpin dalam membangun budaya belajar sangat penting.
Maudy juga berbagi inisiatif pribadinya dalam mempromosikan budaya membaca melalui platform YouTube, dengan harapan untuk mendorong minat baca dan mengakses ide-ide bagi orang lain. Diskusi ini mencerminkan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui strategi pendekatan yang holistik dan inklusif, dari pelatihan guru hingga budaya belajar yang dibangun di masyarakat.
Selain itu, Maudy membahas perlunya peningkatan kualitas guru dengan mengutamakan perekrutan dari 20% teratas para lulusan, seperti yang dilakukan di negara seperti Korea Selatan dan Singapura. Dia mengusulkan bahwa pemerintah perlu memikirkan strategi untuk meningkatkan kualitas guru, termasuk melalui pelatihan dan seleksi yang lebih ketat.
Maudy menekankan bahwa investasi dalam pendidikan adalah investasi untuk masa depan Indonesia. Dia percaya bahwa dengan fokus pada pengembangan modal manusia, Indonesia bisa meraih prestasi besar pada tahun 2045. Dalam hal ini, identifikasi dan pengembangan potensi-potensi terbaik menjadi kunci utama.
Dia juga mengapresiasi upaya pemerintah dan individu dalam memperbaiki sistem pendidikan, meskipun dampaknya mungkin tidak langsung terlihat. Baginya, bahasa, budaya, dan pendidikan saling terkait dan merupakan fondasi yang penting untuk kemajuan bangsa.
Mereka juga membahas tentang bagaimana perubahan budaya seperti meningkatkan minat baca buku dapat menjadi tantangan yang menantang. Namun, Maudy menggarisbawahi bahwa isu seperti perubahan iklim bisa menjadi daya tarik bagi anak muda untuk terlibat dalam politik, karena relevansinya dengan masa depan mereka.
Diskusi ini juga menggali konsep aksi kolektif dan perubahan kebiasaan, di mana disiplin yang dipaksa dapat berujung pada kebiasaan yang berkelanjutan. Maudy menyoroti bahwa perubahan ini tidak hanya relevan di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat global.
Mereka menyimpulkan bahwa pendekatan top-down mungkin diperlukan dalam beberapa kasus untuk menciptakan perubahan yang signifikan, terutama dalam hal mendidik dan mengubah perilaku. Dengan melibatkan anak muda dan menyatukan upaya untuk mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, mereka berharap untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.
Maudy Ayunda menyoroti bahwa Indonesia memiliki beragam potensi dalam berbagai bidang, termasuk seni dan kecantikan, yang perlu diangkat dan dikembangkan lebih lanjut.
Salah satu fokus utamanya adalah memperkuat narasi budaya Indonesia di tingkat internasional. Maudy percaya bahwa dengan memperkenalkan nilai-nilai universal seperti keluarga melalui karya seni seperti film dan lagu, Indonesia dapat menginspirasi dan terhubung dengan audiens di seluruh dunia.
Dia juga membahas pentingnya mengatasi rasa tidak aman atau insecurity dengan cara yang konstruktif.
“Insecurity sebenarnya dapat menjadi dorongan untuk ambisi dan pertumbuhan pribadi yang positif jika diarahkan dengan benar.” – Maudy Ayunda – Endgame
Selain itu, Maudy menekankan perlunya menciptakan ekosistem yang konstruktif di lingkungan sekitar, mulai dari rumah tangga hingga tempat kerja, yang mendukung pertumbuhan dan inovasi. Maudy Ayunda tidak hanya menginspirasi untuk mengambil langkah berani dalam mengejar impian dan tujuan, tetapi juga mengajak untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan dalam masyarakat.