Habib Jafar dan Gita Wirjawan membahas pentingnya memperkuat komitmen terhadap lingkungan sebagai bagian dari komitmen terhadap Tuhan. Mereka menyoroti dampak negatif modernisme terhadap lingkungan, di mana manusia modern yang mengklaim diri mereka tercerahkan justru telah menyebabkan kerusakan ekologis yang parah. Habib Jafar menegaskan bahwa alam semesta adalah tanda Tuhan, dan perusakan terhadap alam semesta sebenarnya adalah perusakan terhadap tanda-tanda Tuhan.
Pandangan Islam menekankan bahwa alam semesta adalah tanda-tanda Tuhan yang harus dihormati. Kehadiran alam semesta, termasuk manusia, sebagai ayat Allah menunjukkan kompleksitas keterhubungan antara manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, merusak alam juga dapat dipandang sebagai tindakan merusak tanda-tanda Tuhan.
“Kebahagiaan artinya meneguhkan kemanusiaan kita kembali ke dalam diri. Kalau kita manusia modern, kebahagiaan itu adalah tentang bagaimana kita berkompetisi dengan di luar diri kita; ketika kita menang dan menaklukkan segala sesuatu di luar diri kita, entah manusia lain ataupun alam semesta.” – Habib Jafar – End Game
Mereka juga mengangkat isu kesadaran ekologis dalam konteks agama. Mereka menekankan bahwa agama seharusnya mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga alam semesta sebagai bagian dari ketuhanan, bukan hanya kesalehan ritual semata. Habib Jafar menyoroti perlunya menjaga etika terhadap lingkungan, dengan mengutip larangan Nabi terhadap perilaku yang merusak alam.
Perspektif keagamaan menyoroti pentingnya memperlakukan alam semesta sebagai subjek, bukan objek, yang harus dijaga dan dihormati. Kritik terhadap modernisme dan pandangan Al-Qur’an menekankan bahwa manusia tidak boleh mengeksploitasi alam semesta semata-mata untuk memenuhi kebutuhan manusia, tanpa memperhatikan keseimbangan ekologis.
Kesadaran ekologis juga harus menjadi bagian integral dari praktik keagamaan, bukan hanya kesalehan ritual. Umat beragama dituntut untuk menjaga alam sebagai bagian dari tanggung jawab moral mereka. Hal ini tercermin dalam upaya menjaga keberagaman ekologi dan memperlakukan makhluk hidup dengan penuh rasa hormat.
Meskipun kesadaran ekologis telah meningkat, tantangan terbesar adalah implementasi dari kesadaran tersebut. Penting bagi individu dan masyarakat untuk membangun kebiasaan baru yang berkelanjutan dan mengubah perilaku mereka untuk menjaga lingkungan. Kebiasaan ini dapat dibangun melalui keteladanan, latihan, dan kesadaran akan dampak moral dari tindakan-tindakan kita terhadap lingkungan.
Selain itu, mereja juga membahas kesadaran ekologis dalam sejarah agama, di mana tokoh-tokoh agama sebelumnya telah menunjukkan kepedulian terhadap alam. Namun, kesadaran ekologis saat ini masih belum mencapai tingkat yang diharapkan, terutama dalam implementasi praktiknya. Gita Wirjawan menekankan pentingnya membangun kebiasaan baru yang ramah lingkungan melalui contoh dan keteladanan, serta memperkuat komitmen moral terhadap lingkungan sebagai bagian dari ketaatan kepada Tuhan.
Percakapan ini mengingatkan kita bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab manusia terhadap bumi, tetapi juga merupakan tanggung jawab spiritual dan moral terhadap Tuhan. Dengan memperkuat komitmen lingkungan, kita juga memperkuat komitmen kita kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Pada akhirnya, komitmen terhadap lingkungan adalah juga komitmen terhadap ketuhanan. Manusia harus mengakui bahwa menjaga alam adalah bagian dari tanggung jawab moral mereka sebagai khalifah di bumi. Dengan demikian, melalui tindakan nyata yang menghormati alam, manusia dapat mengaktualisasikan nilai-nilai spiritualitas dan menjaga keberlangsungan planet ini sebagai bagian dari peribadatan mereka.
“Ujung-ujungnya, mungkin kita perlu baca untuk mengobati situasi ekologis yang mungkin kurang berkenan akhir-akhir ini.” – Gita Wirjawan – End Game