Tokoh · June 19, 2024

Dr-Yasantha-di-Endgame-Gita-Wirjawan

Menguak Kisah Sukses Dr. Yasantha: Ahli AI dari Sri Lanka hingga Silicon Valley

Dalam episode Endgame #143, Gita Wirjawan berbincang dengan Dr. Yasantha Rajakarunanayake, seorang ilmuwan AI terkemuka dari Bay Area, mengenai perjalanannya dari Sri Lanka ke Amerika Serikat, kecintaannya pada matematika, karier di bidang AI, dan masa depan teknologi ini bagi umat manusia.

Dr. Yasantha lahir di Sri Lanka pada awal 1960-an dan sejak kecil menunjukkan minat yang besar pada matematika. Saat masih di sekolah menengah, ia berhasil meraih nilai tertinggi dan mendapatkan beasiswa penuh ke Princeton University. Beasiswa ini sangat berarti baginya mengingat penghasilan keluarganya yang kurang dari $10.000 per tahun, meskipun mereka dianggap sebagai keluarga kelas menengah atas di Sri Lanka. Kedua orang tua Dr. Yasantha sangat berpengaruh dalam pembentukan dirinya. Ibunya, yang merupakan seorang wakil kepala sekolah, memberikan pandangan untuk tetap berada di zona nyaman, sementara ayahnya, seorang akuntan yang bekerja di Timur Tengah, mendorongnya untuk keluar dari zona nyaman dan mengambil risiko. Di Princeton, Dr. Yasantha mempelajari teknik elektro dan ilmu komputer. Ia menyelesaikan studi sarjananya dalam tiga tahun dan kemudian melanjutkan studi ke fisika terapan di Caltech untuk program S2.

Selama di Princeton, Dr. Yasantha berteman dekat dengan Jeff Bezos. Mereka mengambil jurusan yang sama dan sering belajar bersama. Dalam sebuah wawancara yang viral, Bezos mengenang bagaimana Dr. Yasantha membantunya menyelesaikan masalah matematika yang kompleks. Momen tersebut sangat berarti bagi Bezos dan menunjukkan betapa besar pengaruh Dr. Yasantha dalam hidupnya.

Dr. Yasantha di Endgame Gita Wirjawan
Dr. Yasantha di Endgame Gita Wirjawan

Paten dan Inovasi

Dr. Yasantha memiliki lebih dari 131 paten atas namanya, sebagian besar di bidang teknologi komunikasi dan AI. Ia telah berkontribusi pada berbagai inovasi, termasuk pengembangan Wi-Fi, modem kabel generasi pertama, dan teknologi komunikasi satelit. Kariernya yang luar biasa mencerminkan kemampuannya untuk terus beradaptasi dan belajar di berbagai bidang teknologi.

Proses Mendapatkan Paten

Mendapatkan paten di AS melibatkan proses yang cukup sederhana tetapi memerlukan kemampuan untuk menjelaskan penemuan dengan jelas. Dr. Yasantha menjelaskan bahwa biaya untuk mendapatkan paten sekitar $3.000 dan prosesnya memakan waktu sekitar satu tahun.

Inovasi dan Kolaborasi

Dr. Yasantha menekankan pentingnya inovasi dan kolaborasi antar disiplin ilmu dan antar negara. Ia percaya bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan bersama dan bahwa edukasi memainkan peran kunci dalam memastikan teknologi ini digunakan secara bijak dan bertanggung jawab.

Revolusi Industri Keempat: AI

Dr. Yasantha menjelaskan bahwa AI adalah topik panas saat ini, sering disebut sebagai revolusi industri keempat. Revolusi pertama dimulai dengan penemuan mesin uap, disusul oleh listrik dan telepon pada revolusi kedua. Komputer pada tahun 1960-an memulai revolusi ketiga, di mana manusia dapat melepaskan beban komputasi mereka. Kini, AI memungkinkan kita melepaskan tugas-tugas kognitif dan pekerjaan kerah putih, menjadikannya sebagai momen Renaisans.

Perbedaan AI dan AGI

AI adalah kecerdasan yang pandai dalam tugas-tugas spesifik, seperti bermain catur. Contohnya, sekitar 20 tahun lalu, IBM mengembangkan sistem yang dapat mengalahkan juara dunia catur, Garry Kasparov. AI mampu menghitung berbagai kemungkinan dengan cepat, membuat manusia tidak bisa bersaing dalam permainan seperti catur. AGI, di sisi lain, adalah kecerdasan yang mampu menjalankan berbagai tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Saat ini, AI masih terbatas pada silo-silo tertentu dan belum memiliki pandangan tiga dimensi tentang dunia seperti yang bisa dilihat manusia. Misalnya, AI tidak bisa memahami apakah suatu benda lebih tinggi atau lebih rendah dari benda lain jika belum pernah melihatnya.

Gita Wirjawan Endgame

Model Bahasa Besar: ChatGPT

Dr. Yasantha menyoroti keberhasilan ChatGPT, model bahasa besar yang diluncurkan pada Desember tahun lalu. Dalam satu bulan, ChatGPT mencapai 100 juta pengguna, sebuah pencapaian yang memerlukan waktu bertahun-tahun bagi perusahaan seperti Facebook. ChatGPT telah digunakan oleh berbagai kalangan, dari siswa hingga CEO, dan telah menghebohkan dunia dengan kemampuannya menghasilkan teks yang sangat mirip dengan tulisan manusia.

Tantangan dan Masa Depan AGI

Salah satu tantangan utama untuk mengembangkan AGI adalah mengajarkan AI model dunia yang solid. AI saat ini mengetahui banyak kata dan informasi tertulis, tetapi tidak memiliki pemahaman visual yang baik. Untuk membuat AGI lebih cerdas dan berguna, kita perlu mengajarkan AI dengan gambaran dunia yang lebih lengkap dan kontekstual.

AI, seperti manusia, juga melakukan halusinasi, yang artinya AI dapat menghasilkan informasi yang tidak akurat atau tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, hal ini bisa diatasi dengan memberikan konteks yang lebih baik dan memperbaiki cara AI mengakses dan menggunakan informasi.

Multidisiplin dalam Pengembangan AI

Dr. Yasantha menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam pengembangan AI. Saat ini, banyak ilmuwan yang bekerja sendirian tanpa melibatkan disiplin ilmu lain. Ini menyebabkan ketakutan dan kekhawatiran, karena kemajuan teknologi tidak didiskusikan secara komprehensif dan inklusif. Dalam wawancara tersebut, Dr. Yasantha menyebutkan bahwa beberapa minggu lalu ada wawancara dengan senator mengenai AI, di mana terlihat jelas bahwa para senator tersebut tidak sepenuhnya memahami pertanyaan yang mereka ajukan.

Label Nutrisi untuk AI

Salah satu ide yang menarik yang dibahas adalah memberikan label nutrisi pada AI, yang menjelaskan komponen dan kemampuan AI tersebut. Misalnya, model bahasa besar 30%, pengetahuan politik 20%, dan seterusnya. Dr. Yasantha setuju dengan ide ini, namun menekankan bahwa mengatur model AI seperti itu bisa menghambat inovasi. Regulasi yang ketat dapat memberatkan pemain kecil dalam industri ini karena mereka harus menghadapi biaya hukum dan peraturan yang tinggi.

Keterlibatan Berbagai Disiplin Ilmu

Untuk menghadapi tantangan AI, Dr. Yasantha menggarisbawahi pentingnya melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam diskusi tentang AI. Hal ini termasuk melibatkan guru, pendidik, politisi, budayawan, pecinta lingkungan, ekonom, dan spiritualis. Tanpa keterlibatan berbagai pihak ini, kita belum siap menghadapi perkembangan AI yang cepat.

AGI dan Tantangan yang Dihadapi

AI saat ini belum mampu menjelaskan dirinya sendiri, sehingga belum ada penjelasan universal tentang bagaimana AI beroperasi. Dr. Yasantha memberikan contoh bahwa otak manusia mungkin memiliki persepsi yang berbeda tentang warna merah, tetapi kita sepakat menyebutnya merah. Kita perlu mengajari AI cara menjelaskan konsep-konsep ini agar AI dapat memahami dan beroperasi dengan lebih baik.

Halusinasi AI

Ada risiko bahwa AI bisa menghasilkan “halusinasi” atau jawaban yang salah jika diberikan input yang salah. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa AI dapat memberikan ide-ide baru yang berguna bagi kemajuan manusia. Dr. Yasantha menggarisbawahi bahwa AI saat ini hanya meniru dan memberikan jawaban yang baik, tetapi masih kurang dalam menghasilkan ide-ide asli.

Risiko dan Potensi Manipulasi

Ada kekhawatiran bahwa AI dapat digunakan untuk memanipulasi pikiran manusia. Misalnya, AI dapat digunakan untuk membuat orang percaya pada informasi yang salah, yang bisa berbahaya. Dr. Yasantha memberikan contoh bagaimana orang-orang terpengaruh oleh teori konspirasi seperti QAnon dan melakukan tindakan berbahaya. AI tidak perlu menyerang manusia secara langsung; manipulasi oleh orang yang memiliki AI bisa sangat berbahaya.

Dr. Yasantha dan Gita Wirjawan di Endgame

Demokratisasi AI

Dr. Yasantha adalah advokat untuk demokratisasi AI, di mana AI harus bersifat open-source dan dapat diakses oleh semua orang. Namun, ada risiko bahwa AI dapat digunakan untuk tujuan buruk seperti membuat pornografi. Meskipun demikian, Dr. Yasantha percaya bahwa AI harus menjadi infrastruktur publik yang mirip dengan TCP/IP, yang merupakan protokol internet yang tersedia untuk semua orang.

Dampak Lingkungan dan Perubahan Iklim

Pertanyaan terakhir dalam diskusi adalah tentang dampak AI terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Dr. Yasantha mencatat bahwa sementara AI dapat membantu memecahkan masalah kompleks seperti perubahan iklim, penggunaan teknologi ini juga dapat memiliki dampak negatif jika tidak diatur dengan benar.

Dalam pandangan Dr. Yasantha, masa depan kita dengan AI tergantung pada bagaimana kita mengelola dan memanfaatkannya. Dia menekankan pentingnya kebijakan yang bijaksana dan pendidikan yang memadai untuk memastikan bahwa teknologi ini membawa manfaat maksimal bagi masyarakat secara keseluruhan.

Konsumsi Energi dan Perubahan Iklim

Dr. Yasantha memulai pembicaraannya dengan menyoroti bahwa setiap teknologi baru, termasuk AI, akan mengkonsumsi lebih banyak energi. Meskipun ada peningkatan dalam efisiensi energi perangkat seperti AC dan teknologi lainnya, kenaikan konsumsi energi secara keseluruhan tetap eksponensial. Hal ini terutama berpotensi meningkatkan jejak karbon global, mengingat bahwa perangkat AI modern membutuhkan daya yang signifikan untuk beroperasi.

Dampaknya pada Ekonomi dan Etika

Dalam sebuah diskusi yang mendalam di podcast Endgame, Dr. Yasantha membahas dampak transformasional dari Kecerdasan Buatan (AI) dan potensi penerusnya, Kecerdasan Buatan Umum (AGI), terhadap masyarakat dan ekonomi global.

AI dan Perubahan Paradigma Ekonomi

Dr. Yasantha memulai dengan membandingkan dampak revolusioner AI saat ini dengan Renaisans yang muncul setelah wabah. Seperti Newton yang menemukan gravitasi selama Renaisans, AI diyakini akan menggantikan pekerjaan fisik dan intelektual manusia, merubah lanskap industri secara signifikan.

Implikasi Ekonomi dan Perubahan Pekerjaan

Secara ekonomi, Dr. Yasantha memprediksi pergeseran besar dalam pola kerja global. Meskipun AI dapat menggantikan pekerjaan yang repetitif, seperti pemrograman komputer, ini juga menghadirkan tantangan baru bagi pasar tenaga kerja tradisional, terutama di sektor IT dan pengembangan perangkat lunak.

“Dengan tidak adanya guru yang baik, Anda cukup menggunakan kemampuan AI.” gita Wirjawan-Endgame

Masa Depan AI

Dr. Yasantha memprediksi bahwa AI akan menjadi semakin terintegrasi dalam kehidupan kita. AI bisa menjadi seperti anak anjing yang selalu menyenangkan pemiliknya, sehingga orang-orang bisa sangat terikat secara emosional dengan AI. Ini bisa mengubah persamaan sosial masyarakat dan menciptakan pekerjaan baru yang mungkin tidak kita bayangkan sebelumnya.

“Dengan menggunakan AI, saya pikir kita semua akan merasa lebih baik dan diberdayakan” Dr. Yasantha – Endgame

Pada akhir diskusi, Dr. Yasantha menggarisbawahi pentingnya kepercayaan dan kolaborasi dalam menghadapi masa depan AI yang utopis. Ia menyimpulkan bahwa dengan penerapan yang bijak, teknologi ini dapat membawa dampak positif yang besar bagi kemanusiaan, meskipun perubahan budaya dan sosial yang signifikan juga diperlukan untuk memaksimalkan potensinya.

@pemikirankedepan

AI adalah penjajah baru. Bukan soal batas geografis, tapi soal memaksakan kehendak. Internet seharusnya menyatukan dunia, tapi malah sebaliknya. #AIIndonesia #TeknologiAI #MasaDepanAI#TeknologiMasaDepan #InternetDanAI #InovasiTeknologi #EndGame

♬ suara asli – pemikirankedepan – pemikirankedepan