Inovasi · September 12, 2024

Nicola de Blasio Gita Wirjawan

Peran AI dan Blockchain dalam Menghadapi Krisis Iklim – Nicola de Blasio

Di tengah krisis iklim yang semakin mendesak, banyak yang bertanya-tanya apakah teknologi mutakhir seperti AI (Kecerdasan Buatan) dan blockchain dapat menjadi solusi. Nicola de Blasio, peneliti senior di Belfer Center for Science and International Affairs, Harvard University, membahas potensi dan tantangan dari teknologi ini dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

Peralihan Energi: Proses Bertahap

De Blasio memulai pembicaraannya dengan menekankan bahwa transisi energi global adalah sebuah proses bertahap, bukan perubahan instan. Meski ada harapan besar terhadap teknologi canggih, dia mengingatkan bahwa pergeseran dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan tidak akan terjadi dalam semalam. Setiap transisi memerlukan investasi besar dan waktu.

Peran AI dan Blockchain dalam Krisis Iklim

Kecerdasan Buatan (AI): AI dapat mempercepat transisi energi dengan memprediksi pola konsumsi energi dan mengoptimalkan distribusi sumber daya. Algoritma AI dapat menganalisis data dalam jumlah besar untuk memaksimalkan efisiensi sistem energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin.

Blockchain: Teknologi blockchain menawarkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelacakan emisi karbon dan transaksi energi. Dengan blockchain, setiap langkah dalam rantai pasokan energi dapat dicatat secara permanen, mengurangi potensi kecurangan dan memastikan bahwa kredit karbon dan sertifikat energi terbarukan digunakan dengan benar.

Namun, De Blasio juga mencatat beberapa tantangan. Salah satunya adalah kebutuhan akan investasi besar dalam infrastruktur baru. Untuk negara-negara berkembang, biaya energi terbarukan yang tinggi sering kali menjadi penghalang utama. Misalnya, di negara-negara dengan daya beli rendah, seperti di banyak negara berkembang, biaya teknologi energi terbarukan bisa menjadi beban berat.

De Blasio juga mengingatkan bahwa meski AI dan blockchain menawarkan solusi, mereka bukanlah panacea. Transformasi energi yang efektif memerlukan kerjasama global dan dukungan dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengatasi biaya dan teknologi.

Infrastruktur Energi dan Kebutuhan Finansial

Saat ini, pembangkit listrik di Asia Tenggara memproduksi kurang dari satu terawatt listrik. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus berkembang, diperlukan tambahan sekitar 6.000 kilowatt per negara. Namun, estimasi biaya untuk mencapai target ini mencapai $2 triliun, sebuah jumlah yang sangat besar dan sulit dicapai dengan sumber daya yang ada. Untuk itu, diperlukan kolaborasi erat antara sektor publik dan swasta agar solusi yang efektif dan efisien dapat ditemukan.

Nicola de Blasio dan Gita Wirjawan endgame
Nicola de Blasio dan Gita Wirjawan Endgame

Kolaborasi antara Sektor Publik dan Swasta

Menurut de Blasio, kemitraan antara sektor publik dan swasta adalah kunci untuk keberhasilan inisiatif energi masa depan. Di masa lalu, 80% biaya infrastruktur energi baru ditanggung oleh sektor swasta, yang beroperasi di berbagai negara. Kebijakan global yang tidak selalu sejalan dengan kebijakan negara tertentu memerlukan koordinasi yang lebih baik antara kedua sektor. Inovasi teknologi juga memainkan peran penting dalam menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi, dengan contoh hidrogen ramah lingkungan yang kini menjadi alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan sebelumnya.

Teknologi seperti AI dan blockchain dapat membantu menurunkan biaya dan meningkatkan efektivitas solusi energi terbarukan. Teknologi ini menawarkan mekanisme untuk pembiayaan yang lebih transparan dan efisien, memfasilitasi akses ke teknologi canggih dan modal yang dibutuhkan untuk menerapkannya di negara-negara berkembang. Negara-negara Utara (Global North) diharapkan untuk menyediakan pembiayaan dan akses teknologi agar negara-negara Selatan (Global South) dapat mengatasi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan ekonomi karbon intensif.

De Blasio menekankan pentingnya memahami tidak hanya biaya langsung dari solusi perubahan iklim, tetapi juga kerugian yang ditanggung jika tidak bertindak. Ada kebutuhan mendesak untuk mengubah fokus dari pemulihan terhadap pencegahan, serta menciptakan produk dan kebijakan yang mempermudah transisi ke solusi ramah lingkungan.

Generasi Muda dan Kesadaran Iklim

Generasi muda, yang merasa terpengaruh oleh warisan masalah lingkungan dari generasi sebelumnya, memerlukan dorongan untuk berperan aktif dalam solusi perubahan iklim. Mereka harus didorong untuk memahami pentingnya pencegahan dan beradaptasi dengan perilaku ramah lingkungan. Mengoptimalkan sistem energi dan keseimbangan global menjadi penting untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Seiring dengan kemajuan teknologi, seperti AI yang membutuhkan daya listrik tinggi, kebutuhan energi global terus meningkat. Dari penggunaan ponsel sederhana pada tahun 90-an hingga kebutuhan daya yang lebih besar untuk teknologi canggih saat ini, penting untuk memikirkan cara-cara inovatif untuk memenuhi kebutuhan energi dengan cara yang berkelanjutan.

Gita Wirjawan Nicola de Blasio

“Dampak yang paling kecil adalah efisiensi energi. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan di sana. Mengapa kita tidak melakukannya membuatku bingung, kita harus berbuat lebih banyak.” Nicola de Blasio – EndGame

Efisiensi Energi dan Nuklir

De Blasio memulai dengan menyoroti pentingnya efisiensi energi. Ia menyatakan bahwa banyak yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, namun tindakan konkret masih kurang. Ia menggarisbawahi perlunya optimasi sistem energi, baik di tingkat negara maupun global. Contohnya, studi Uni Eropa mengenai hidrogen hijau menunjukkan bahwa pendekatan terkoordinasi dapat mengurangi biaya secara signifikan dibandingkan dengan pendekatan yang tidak kohesif antar negara.

Mengenai energi nuklir, De Blasio percaya bahwa nuklir bisa menjadi solusi penting dalam jangka panjang. Nuklir, meskipun kontroversial, memiliki kepadatan energi tinggi dan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ia menekankan pentingnya keselamatan dan pengelolaan limbah nuklir, serta perlunya partisipasi aktif dalam diskusi global mengenai isu ini.

AI dan Blockchain dalam Sektor Energi

De Blasio beralih ke pembahasan tentang AI dan blockchain, dua teknologi yang dianggapnya memiliki potensi besar untuk mengatasi tantangan energi. AI, menurutnya, mungkin lebih diuntungkan di negara-negara seperti AS dan Tiongkok. Namun, ia optimis bahwa teknologi ini dapat meningkatkan skala dan efisiensi energi terbarukan, meskipun perubahan besar mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat.

Blockchain, yang sering dikaitkan dengan cryptocurrency, memiliki potensi aplikasi yang luas dalam sistem energi. De Blasio mengidentifikasi beberapa cara di mana blockchain dapat meningkatkan efisiensi energi:

  1. Tokenisasi Energi: Blockchain memungkinkan pendanaan untuk proyek energi terbarukan melalui token, memudahkan akses ke pembiayaan.
  2. Kontrak Pintar: Memungkinkan transaksi peer-to-peer tanpa perlu otoritas pusat, yang dapat meningkatkan distribusi energi di daerah tanpa jaringan listrik.
  3. Transparansi dan Akuntabilitas: Blockchain dapat menyediakan sertifikasi asal yang transparan dan sulit dimanipulasi, memperbaiki proses pencatatan emisi karbon dan keberlanjutan energi.

“Kreativitas adalah fondasi dari inovasi, dan inovasi adalah kunci untuk memenangkan persaingan global.” Gita Wirjawan – EndGame

Demokratisasi Energi dan Tantangan

De Blasio juga membahas potensi tenaga surya dalam mendemokratisasikan energi. Ia percaya bahwa teknologi ini dapat memberikan akses yang lebih merata terhadap sumber energi terbarukan. Namun, biaya dan ketergantungan pada teknologi dan infrastruktur masih menjadi tantangan. Misalnya, meskipun tenaga surya memiliki potensi besar, peralihan dari sistem energi sentralistik ke desentralisasi memerlukan perubahan signifikan dalam kebijakan dan struktur jaringan listrik.

Dalam kesimpulannya, De Blasio menekankan bahwa teknologi tidak baik atau buruk dengan sendirinya; bagaimana teknologi digunakanlah yang menentukan dampaknya. Dengan menemukan aplikasi yang tepat dan memahami bagaimana teknologi dapat diintegrasikan dalam sistem energi yang ada, kita bisa membuat kemajuan signifikan dalam menghadapi krisis iklim.

Artikel ini menggarisbawahi bahwa AI dan blockchain menawarkan harapan baru dalam menyelesaikan masalah energi dan perubahan iklim, tetapi keberhasilan mereka tergantung pada penerapan dan integrasi yang cermat dengan sistem yang ada.