Dalam episode Endgame kali ini, Gita Wirjawan berkesempatan bertemu dengan Bayu Hanantasena, pimpinan Lintasarta. Bayu, dengan latar belakang yang kaya dalam dunia pendidikan dan teknologi, berbagi pandangannya tentang masa kecilnya, pendidikan, dan bagaimana teknologi dan talenta memainkan peran penting dalam dunia yang terus berkembang.
Bayu menceritakan bahwa ia lahir dan besar di Surabaya, di lingkungan yang penuh dengan pendidikan. Orang tuanya, yang keduanya adalah dosen, membentuk pandangannya sejak dini. Ayahnya adalah dosen matematika dan ibunya dosen ilmu pendidikan. Bayu tumbuh dalam suasana kampus yang penuh dengan buku dan fasilitas olahraga, yang memupuk minatnya pada pengetahuan dan aktivitas fisik. Orang tuanya menanamkan nilai-nilai sederhana namun kuat: berbuat baik dan memberikan manfaat sebanyak mungkin.
Sejak kecil, Bayu sudah tertarik dengan dunia engineering. Ia bercerita tentang bagaimana ia mulai tertarik dengan teknologi melalui acara televisi yang diselenggarakan oleh mahasiswa ITS yang memperkenalkan rangkaian elektronik. Ketertarikan ini membawanya untuk mengeksplorasi lebih jauh, mulai dari membongkar radio hingga tertarik dengan sistem elektronik yang lebih kompleks. Passion ini akhirnya membawanya ke Teknik Elektro, di mana ia menemukan kepuasan dalam memecahkan masalah dan mengoprek teknologi.
Bayu membandingkan generasinya dengan generasi saat ini dalam hal pendekatan terhadap engineering. Generasinya, yang lebih analog, lebih banyak menggunakan tangan dalam eksperimen fisik, sedangkan generasi sekarang lebih banyak menggunakan simulasi digital. Menurutnya, ini mempengaruhi keterampilan tangan dan passion terhadap engineering. Meskipun ada perbedaan, ia melihat bahwa generasi sekarang tetap bisa unggul dengan adanya AI dan teknologi digital lainnya yang membuat proses simulasi lebih mudah dan cepat.
Bayu mengungkapkan kekhawatirannya tentang alokasi sumber daya manusia di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang masih rendah dibandingkan dengan bidang lain seperti hukum dan ekonomi. Ia menekankan pentingnya meningkatkan minat anak-anak muda terhadap STEM. Menurutnya, ini bisa dilakukan dengan memperbaiki metode pengajaran yang lebih fun dan eksperimental. Pengalaman pribadinya menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap engineering muncul dari eksperimen langsung, bukan hanya membaca buku.
Bayu menekankan pentingnya inspirasi dan dukungan bagi generasi muda untuk masuk ke bidang STEM. Ia menyebut bahwa ketiga anaknya semuanya masuk ke bidang engineering, menunjukkan bahwa lingkungan keluarga juga berperan penting. Selain itu, ia juga menyarankan agar kurikulum dan metode pengajaran di semua tingkat pendidikan diperbaiki untuk membuat pelajaran STEM lebih menarik dan relevan.
Melihat ke masa depan, Bayu optimis bahwa teknologi, terutama AI, akan mengubah banyak aspek dalam bidang engineering. Simulasi digital akan menjadi lebih dominan, namun ia berharap bahwa elemen praktikum fisik tetap dipertahankan untuk memberikan pengalaman yang menyeluruh bagi siswa. Baginya, teknologi yang maju akan selalu menarik dan hampir tidak bisa dibedakan dengan sihir.
Pendekatan Teknikal dalam Transformasi Bisnis
Bayu Hanantasena, dengan latar belakang sebagai seorang insinyur, menekankan pentingnya pemahaman teknis dalam membangun dan memperbaiki sistem. Dia membagi pendekatannya menjadi dua kategori besar: membuat sesuatu yang baru atau memperbaiki sesuatu yang ada. Kemampuan ini berasal dari pendidikan teknik yang mengajarkan bagaimana memahami masalah dan menemukan solusinya. Dalam setiap proyek turn around, Bayu selalu memulai dengan pemahaman objektif mengenai problem statement yang dihadapi.
Dalam menjalankan tugasnya, Bayu menyadari bahwa membangun sesuatu yang baru sering kali tidak dapat dipisahkan dari memperbaiki yang lama. Misalnya, saat memperbaiki sesuatu, kita sering kali menciptakan elemen baru yang mendukung perbaikan tersebut. Hal ini terlihat dari pengalamannya di berbagai proyek besar, seperti di sektor seluler dan pembayaran.
Untuk memulai transformasi, langkah pertama yang diambil adalah memahami masalah secara mendalam. Bayu menekankan pentingnya menanyakan pertanyaan yang tepat untuk menemukan akar penyebab masalah. Tanpa pemahaman ini, kita hanya akan berurusan dengan gejala-gejala masalah, yang bisa membuat masalah kembali atau bahkan menjadi lebih besar di kemudian hari.
Bayu menegaskan bahwa eksekusi adalah kunci dari setiap transformasi yang berhasil. Tidak peduli seberapa baik rencana yang dibuat, jika eksekusi tidak tepat, maka hasilnya tidak akan maksimal. Dalam eksekusi ini, faktor manusia menjadi sangat penting. Bayu menyatakan bahwa orang-orang yang mengeksekusi rencana adalah penentu utama keberhasilan.
Dalam memilih tim, Bayu menggunakan pendekatan yang sangat objektif. Proses rekrutmen melibatkan data analytics, data mining, dan wawancara mendalam. Dia percaya bahwa integritas dan komitmen adalah dua hal yang tidak bisa dikompromikan. Selain itu, kemampuan intelektual dan mental juga menjadi faktor penting dalam memilih anggota tim. “Jadi mau topiknya semembosankan apa, tapi kalau gurunya yang ditunjuk dia bisa mengubah gayanya itu dengan cara yang keren banget, itu bisa jutaan manusia terdampak secara positif.” Gita Wirjawan – EndGame
Mengatasi Kegagalan dan Memberikan Kesempatan Kedua
Bayu juga berbicara tentang pentingnya memiliki rencana cadangan atau exit plan. Jika ada anggota tim yang tidak cocok, harus ada strategi untuk mengatasinya. Namun, dia juga memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk berkembang dan memperbaiki diri. Kesempatan ini diberikan dengan jujur dan terbuka, memberikan mereka ruang untuk menyatakan apakah mereka masih mampu melanjutkan atau tidak.
Menariknya, Bayu juga mengakui bahwa kadang-kadang dia menemukan anggota tim yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari yang diharapkan. Dalam kasus seperti ini, dia akan mengkalibrasi ulang tugas dan tanggung jawab mereka, memberikan tantangan lebih besar untuk memaksimalkan potensi mereka.
Bayu menekankan pentingnya mengambil risiko dan menjadi early adopter dalam setiap transformasi. Dia percaya bahwa tanpa keberanian untuk mengambil risiko, kita akan tertinggal. Oleh karena itu, membentuk kelompok kecil yang berani dan mampu menjadi pionir adalah strategi yang sering digunakan dalam menghadapi perubahan besar.
Dalam menghadapi transformasi bisnis, pendekatan Bayu Hanantasena menunjukkan bahwa kombinasi antara pemahaman teknis, manajemen yang objektif, dan keberanian untuk mengambil risiko adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan. Integritas, komitmen, dan eksekusi yang tepat dari tim adalah faktor penentu keberhasilan dalam setiap proyek turn around yang dia pimpin.
Memahami Kedaulatan Data
Kedaulatan data mengacu pada gagasan bahwa data digital tunduk pada hukum dan struktur pemerintahan dalam negara tempat data tersebut dikumpulkan. Hanantasena menyoroti kompleksitas konsep ini, terutama dalam dunia global di mana data dapat dengan mudah melintasi batas negara. Dia menekankan pentingnya menjaga integritas dan keamanan data, di mana pun data tersebut berada.
Hanantasena menjelaskan bahwa dari sudut pandang teknik, definisi “cloud” melampaui batas fisik. Data di cloud dapat berada di mana saja, sehingga menjaga integritas dan keamanannya menjadi sangat penting. Dia mengibaratkan hal ini dengan konsep kedutaan, di mana kedaulatan dijaga bukan oleh lokasi fisik tetapi oleh kepatuhan terhadap prinsip dan perlindungan tertentu. Analogi ini menekankan perlunya fokus pada keamanan lingkungan cloud secara menyeluruh.
Percakapan ini menyentuh tantangan regulasi yang terkait dengan kedaulatan data. Hanantasena menunjukkan bahwa meskipun idealnya data disimpan di tanah lokal untuk memastikan kepatuhan dengan hukum nasional, hal ini tidak selalu memungkinkan. Operasi bisnis global membutuhkan pertukaran data lintas batas, yang memerlukan regulasi yang harmonis yang menghormati kedaulatan semua negara yang terlibat. Dia berpendapat bahwa efektivitas regulasi semacam itu pada akhirnya tergantung pada penerapannya yang praktis dan kemampuan untuk memastikan integritas data melalui solusi teknik.
Hanantasena membahas pertumbuhan eksponensial data yang dihasilkan oleh pengguna dan permintaan yang diakibatkannya untuk solusi penyimpanan. Dia menggambarkan hal ini dengan pertanyaan sederhana tentang kapan terakhir kali seseorang melakukan backup file mereka, menyoroti bagaimana kebanyakan orang tidak menyadari total ukuran data mereka. Volume yang terus bertambah ini memerlukan solusi penyimpanan dan manajemen yang efisien, yang merupakan tantangan besar bagi para insinyur.
Untuk mengelola jumlah data yang besar, lokasi penyimpanan yang banyak dan mekanisme pengiriman yang efisien sangat penting. Hanantasena menjelaskan bahwa konten yang dihasilkan pengguna, terutama multimedia, memerlukan strategi caching dan penyimpanan yang canggih untuk memastikan pengalaman pengguna yang lancar. Tujuannya adalah mengoptimalkan penggunaan bandwidth dan ruang penyimpanan tanpa mengorbankan performa, yang merupakan tantangan terus-menerus bagi para insinyur.
Diskusi beralih ke dampak lingkungan dari komputasi awan. Hanantasena mengakui bahwa konsumsi energi infrastruktur cloud meningkat secara eksponensial. Namun, dia menekankan peran teknik dalam meningkatkan efisiensi untuk mengurangi dampak ini. Efek bersih dari komputasi awan pada emisi karbon harus dipertimbangkan, dengan AI dan teknologi canggih lainnya berpotensi menawarkan solusi untuk masalah karbon tinggi di tempat lain.
Meskipun ada tantangan, Hanantasena tetap optimis tentang masa depan. Dia percaya bahwa ketahanan dan semangat inovatif manusia, yang telah terbukti selama ribuan tahun, akan memungkinkan kita untuk mengatasi masalah ini secara efektif. Kuncinya adalah upaya kolektif untuk mengukur dan mengurangi dampak lingkungan bersih dari kemajuan teknologi kita.
Percakapan ini singkat membahas peran kecerdasan buatan (AI) dalam membentuk masa depan. Hanantasena menyarankan bahwa AI akan memainkan peran penting dalam mengoptimalkan manajemen data dan meningkatkan efisiensi sistem cloud. Hal ini, pada gilirannya, akan membantu menyeimbangkan permintaan infrastruktur digital yang terus meningkat dengan kebutuhan akan keberlanjutan.“Imajinasi kita sudah sampai pada risiko-risiko yang mungkin ada. Tinggal bagaimana kita sepakat untuk membicarakan dan mencari solusi terbaik. Diskusi boleh, tapi harus sampai ke solusi.” Bayu Hanantasena – EndGame
Perkembangan dan Potensi AI
AI bukanlah konsep baru. Hanantasena mengingat kembali masa kuliahnya, ketika AI sudah menjadi topik pembahasan meski dengan kapasitas yang sangat terbatas. Dulu, keterbatasan computing power dan storage serta absennya cloud dan World Wide Web menjadi penghalang utama. Namun, sekarang AI telah tumbuh secara eksponensial dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari. Diperkirakan dalam 3-5 tahun ke depan, kemampuan AI akan meningkat 1000 kali lipat. Dengan potensi disruptif yang sangat besar, AI akan mengubah banyak aspek kehidupan kita, seperti halnya revolusi industri 100 tahun yang lalu.
Sebagai seorang pemimpin di Lintasarta, Hanantasena langsung mengimplementasikan AI dalam proses internal perusahaan. Mulai dari mengelola proses operasional hingga membantu karyawan, penggunaan AI di Lintasarta menjadi contoh bagaimana AI dapat diintegrasikan secara bertahap sebelum diimplementasikan dalam produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Hanantasena menekankan pentingnya untuk memulai menggunakan AI dan tidak takut terhadap teknologi ini, karena akan membuka banyak peluang.
AI merupakan teknologi dengan sisi positif dan negatif. Hanantasena menekankan pentingnya mengelola risiko AI tanpa menghentikan pertumbuhannya. Kekhawatiran tentang AI yang tidak terkendali sering muncul, terutama ketika teknologi ini dikembangkan oleh ahli teknologi yang mungkin kurang memperhatikan dimensi moral, sosial, dan budaya. Regulasi yang tepat dan keterlibatan berbagai ahli dari disiplin ilmu lain sangat diperlukan untuk memastikan perkembangan AI yang bijak dan bertanggung jawab.
Hanantasena menggarisbawahi pentingnya reformasi pendidikan untuk menarik minat anak-anak pada bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Menurutnya, pendidikan dini memainkan peran kunci dalam membentuk minat dan kemampuan anak-anak. Guru yang kompeten dan fasilitas yang memadai sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Statistik menunjukkan bahwa Indonesia masih kekurangan talenta di bidang STEM. Oleh karena itu, perubahan sistem pendidikan dan pendekatan yang lebih menarik sangat dibutuhkan.
Hanantasena berpesan kepada generasi muda Indonesia bahwa dunia yang akan mereka hadapi akan sangat berbeda. Siklus hidup teknologi dan produk yang semakin pendek mengharuskan mereka untuk memiliki multi talenta dan literasi teknologi yang baik. Kemampuan untuk beradaptasi dan belajar hal baru akan menjadi kunci sukses di masa depan.
Dalam kesimpulannya, Hanantasena menekankan bahwa literasi teknologi harus menjadi bagian dari semua bidang studi, termasuk yang tidak secara langsung terkait dengan teknologi. Anak-anak harus dipersiapkan untuk dunia yang terus berubah dengan cepat dan harus didorong untuk mengembangkan berbagai keterampilan untuk menghadapi tantangan masa depan.